Chapter 100 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 100

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-05-01

Kejadian menghilangnya Daniah di

    waktu pesta ulang tahun ibu menjadi titik balik perubahan hubungan Daniah dan

    Saga. Saat ini Saga sudah memakai panggilan sayang untuk Daniah jauh lebih

    sering. Sudah jarang berteriak padanya, sudah jarang menuding kening Daniah

    dengan kesal. Terkadang mereka sudah bicara layaknya manusia normal. Walaupun

    hubungan mereka belum bisa di sebut wajar, namun setidaknya sudah tidak

    seekstrem dulu lagi.

    Seminggu berlalu, ibu belum kembali

    menampakan diri di rumah. Jen mengatakan kalau Ibu pergi untuk menghindari

    pertengkaran dengan kak Saga.

    Kenapa? Memang salah ibu apa?

    “ Kak Saga marah pada ibu karena

    bukannya memperkenalkan kakak ipar malah memperkenalkan Helena waktu di pesta.”

    Jadi karena itu, tapi seharusnya

    tuan Saga tidak perlu sampai semarah itukan. Aku saja sudah memaafkan ibu kok.

    Daniah sekali mengungkit masalah

    ibu pada Saga, agar suaminya itu mau membuka hatinya. Tapi alhasil, dia bahkan

    tidak tidur semalaman meladeni kekesalan Saga. Akhirnya diapun tidak pernah

    mengunkit perihal perginya ibu. Biarkan semua berjalaan dengan normal dengan

    sendirinya.

    “ Berikan aku waktu, aku akan

    memaafkan ibu nanti.” cuma itu yang di ucapkan Saga.

    Karena pada akhirnya keluarga akan selalu saling memaafkan. Apapun kesalahan yang di lakukan.

    Malam yang belum larut, beberapa

    pelayan masih terlihat menyelesaikan pekerjaanya.

    Sehabis makan malam tuan Saga

    menghabiskan waktu di ruang kerjanya bersama pak Mun. Daripada Daniah menunggu

    sendirian di dalam kamar dia memilih pergi ke rumah belakang. Dia bertemu

    dengan beberapa pelayan laki-laki yang langsung bergerak menghindarinya. Maya

    mendekatinya saat dia datang.

    “ Nona ada apa? bukankah tuan muda

    ada di rumah.”

    “ aaa, dia senang bekerja. Aku

    hanya bosan. Mau makan es cream?” Daniah mengangkat satu cup besar es cream di tangannya.

    “ Ayo makan di sana.” Daniah menunjuk sebuah kursi kosong tidak jauh dari

    tempat mereka berdiri sekarang.

    Mereka duduk di dekat taman, sambil

    menikmati pemandangan malam dan semilir angin yang menerbangkan rambut mereka.

    Taman yang indah, yang mungkin nyaris tidak pernah di nikmati pemilik rumah

    ini. Bahkan Daniah hanya sekedar melewatinya di pagi hari.

    “ Jen sudah mulai magang, jadi

    setiap pulang ke rumah dia selalu mengeluh kelelahan dan akhirnya langsung

    ambruk tidur, sofi juga demikian, kuliahnya sedang padat-padatnya.” Daniah

    mulai bercerita, mengeluh sebenarnya. Karena dia kehilangan teman yang bisa di

    ajak bicara di rumah ini.

    “ Nona Jenika dan nona Sofia memang

    pekerja keras.” Maya mengatakan pujiannya.

    “ Benar, padahal Jen magang di

    perusahaan kakaknya, tapi aku dengar dia tidak mendapatkan keistimewaan

    apa-apa. bahkan tidak ada yang tahu kalau dia adik dari pemilik perusahaan.”

    Satu hal ini membuat Daniah takjub pada Jen, padahal dia sempat berfikir kalau

    Jen termasuk anak manja yang akan memanfaatkan posisinya sebagai adik tuan

    Saga. Toh dia memang adik yang di sayangi tuan Saga. Tapi ternyata tidak, Jen

    bekerja keras dengan namanya sendiri.

    Eh magang ya, apa Jen dan Raksa

    pernah bertemu ya. Tapi tidak mungkinlah, perusahaan Antarna Group itukan

    banyak sekali. Ntah mereka ada di perusahaan yang mana.

    “ Tuan muda memang mendidik nona

    Jenika dan nona Sofia dengan disiplin yang ketat.” Maya menutup mulutnya merasa

    apa yang dia bicarakan sudah lancang. “Maafkan saya nona, saya sudah lancang.” Aturan

    rumah ini melarang para pelayan membicarakan apapun yang terjadi di rumah ini,

    bahkan dengan sesama pelayan sekalipun. Apalagi sampai membicarakan keluarga tuan Saga.

    Aku ingat, waktu para pelayan

    membandingkan aku dan Helen, dan saat itu sekertaris Han menghukum mereka.

    “ Gak papa, bicaralah santai

    padaku. Ayo makan lagi.” Sesuap es cream masuk ke mulut, lumer, dingin, lembut

    dan manisnya menyatu di dalam mulut. “ Jangan bersikap sungkan padaku” Maya

    hanya tersenyum.

    Anda adalah nona muda kami,

    bagaimana aku bisa tidak sungkan. Pak Mun saja sering kali mengingatkanku untuk

    menjaga sikap. Tidak boleh menyapa anda duluan jika anda tidak menyapa.

    “  Maya punya hari libur kapan?”

    Pelayan mendapatkan jatah libur seminggu

    sekali, yang jadwalnya berbeda setiap orang, semua di susun sesuai jadwal oleh

    pak Mun. Ternyata pekerjaannya banyak sekali ya, Daniah meghitung jumlah

    pelayan yang ada di rumah ini, ntah  jumlahnya berapa. Diapun tidak terlalu hafal

    wajah mereka.

    “ Dua hari lagi saya libur nona.

    Lusa.”

    “ Lusa ya, berarti pas akhir pekan,

    baiklah, nanti aku atur jadwal dengan yang lainnya ya. Kamu kosongkan jadwal

    liburan kamu ya, aku ingin kita pergi.”

    “ Nona.” Sudah merasa kuatir karena

    kebaiakan Daniah sudah melebihi batas kewajaran.

    “ Jangan menolak ya.” Menepuk bahu

    Maya. “ Ayo berteman dengan tulus denganku.”

    Pak Mun muncul dari rumah utama.

    Maya langsung mengeser posisi duduknya agak menjauh. Pak Mun Menghampiri Daniah

    dan Maya di dekat taman.

    “ Nona, tuan muda meminta anda ke

    ruang kerjanya sekarang.” Pak Mun memperhatikan, mencari tahu apa yang sedang

    di lakukan Daniah dan Maya. Dia melihat satu cup besar es cream dengan dua

    sendok di sana. Lalu dia terlihat menatap Maya yang kemudian menundukan

    kepalanya.

    “ Eh, kenapa pak? Apa dia sudah

    selesai?”

    “ Silahkan ikuti saya nona.” Hanya

    mempersilahkan Daniah dengan tangannya tanpa menjawab pertanyaan Daniah.

    Selalu deh, tidak menjawab kalau urusannya

    perintah tuan saga. Kalau sekertaris Han lewat sorot matanya pasti mengatakan.

    Sudahlah, jangan banyak bicara dan ikuti saja saya. Begitu pasti kalau dia.

    “ Aku pergi dulu ya. Habiskan es

    creamnya. Selamat malam maya.”

    Maya bangun dari duduknya dan mengangukan

    kepala. “Selamat malam nona.”

    Daniah memasuki ruang kerja Saga. Pak

    Mun hanya mengantarkan sampai di depan pintu. Laki-laki itu sedang duduk di

    sofa. Di dekatnya berdiri seorang wanita. Dia memakai stelan rapi dan celana

    panjang, sepertinya bukan pelayan wanita di rumah ini. Karena seragam pelayan

    tidak seperti itu. Sepertinya ini pertama kalinya Daniah melihatnya juga.

    “ Sayang.” Mendekat.

    “ kemarilah!” Saga mengulurkan

    Tangannya agar Daniah mendekatinya. Mau tidak mau Daniah menerima uluran tangan

    itu dan duduk rapat di samping Saga. “ Kau habis makan apa?” Mengusap bibir

    Daniah, sepertinya masih ada sisa es cream di sana. Kecupan lembut di bibir Daniah.

    Membuat gadis itu menolak secara spontan, lebih-lebih karena di samping Saga

    sedang berdiri seseorang.

    “ Sayang, aku habis makan es

    cream.” Malu sendiri.

    “ Sepertinya enak, aku juga mau.”

    Satu kecupan  lagi.

    Hei, makan sendiri sana, kenapa

    merasai dari bibirku.

    “ Sayang, hentikan. Dia siapa?”

    Daniah menunjuk wanita yang sedang berdiri, wanita itu mengangukan kepalanya

    sopan.

    “ Ahh, dia. Perkenalkan dirimu!”

    Saga menoleh padanya.

    “ Selamat malam nona, nama saya Leela.

    Silahkan panggil saya senyaman anda.” Katanya memperkenalkan diri dengan sopan.

    Hei, kau tidak sedang memberiku

    pelayan pribadikan. Memang untuk apa? aku tidak butuh pelayan pribadi atau

    sejenisnya. Memang aku ini putri apa. Jen saja tidak mendapatkan pelayan pribadi.

    “ Selamat malam, senang

    berkenanalan denganmu. Tapi sayang dia siapa?” beralih mencari jawaban pada

    Saga.

    “ Sopir untukmu.”

    Langsung tercipta kepanikan dalam

    diri Daniah. Waspada. Tentang rencana apa di balik ini semua.

    Sampai kapanpun dia memang tetaplah

    tuan Saga yang seenaknya.

    “ Sayang, kitakan sudah sepakat

    waktu kamu memberiku mobil, kalau aku boleh membawa mobil sendiri tanpa supir.

    “

    Kalau aku pergi dengan sopir itu

    sudah seperti mengawasiku 24 jam full.

    “ Ini bukan penawaraan, ini

    perintah.” Tegas.

    “ Tapi sayang.” Memohon dengan

    lembut sambil menyentuh tangan Saga.

    “ Kalau tidak mau tinggalah di rumah,

    jangan pergi kemana-mana.” Dengan ringannya bicara, padahal kata-katanya jadi

    hantaman keras untuk Daniah.

    Bagaikan jatuh terjerembah ke dalam

    jebakan yang melilit leher. Tanpa sadar Daniah tangan Saga karena

    merasakan kesal. Dia melepaskan tangan itu saat Saga mulai mendesah.

    “ Maaf! tapi Sayang akukan

    bekerja.”

    “ Kau bisa pindahkan toko mu di

    paviliun depan. Lihatkan rumah di kanan jalan saat kau masuk gerbang utama. Aku

    akan suruh pak Mun membereskannya, kau bisa memakainya untuk toko mu nanti.” Lagi-lagi

    menjawab semudah dia bernafas.

    Kenapa hal seperti memindahkan toko

    bisa dengan mudahnya kau bilang, kalau aku bilang ingin buka toko di mall kamu

    apa kamu juga akan seringan itu menjawab. “ Baiklah biar Han yang

    membereskannya.” Sepertinya memang akan semudah itu ya. Hiks.

    “ Baiklah, saya bisa pergi dengan

    Leela, dia akan jadi supir dan mengantarku ke toko.”

    Puaskan! Kau mau mengikat leherku

    sampai sejauh mana heh.

    “ Nah begitu donk, kalau kau patuh,

    kau kan bisa hidup dengan damai.” Kecupan lembut di leher.

    Berhenti menciumiku, kau tidak tahu

    malu ada orang berdiri di sana!

    “ Tapi dia hanya akan mengantarku

    ke rukokan? Setelah itu apa dia bisa pulang.” Memastikan bahwa dia tidak akan

    di awasi 24 jam.

    “ Kau bisa menyuruhnya melakukan

    apapun. Membantumu di toko juga tidak masalah.”

    Tuh kan, kau menjadikannya satpam

    24 jam mengawasiku. Sebenarnya kamu kenapa si tuan.

    “ Tapi gajinya.”

    Saga menyentuh telinga Daniah

    sambil memainkan giginya gemas. “ aku ingin mengigitmu kalau kau banyak bicara

    lagi.”

    “ Maaf.” Daniah mengangkat

    tangannya melindungi telinganya.

    “ Kau dengar ini, lakukan semua

    yang nona katakan.” Bicara tanpa memalingkan wajah dari Daniah.

    “ Baik tuan muda.”

    “ Sekarang keluarlah!”

    “ Baik.”

    Daniah mengikuti langkah kaki

    wanita muda itu sampai dia menghilang dari pintu. Kebebasannya sedang berjalan

    menjauh sama halnya dengan kepergian Leela.

    “ Sayang, tapi apa perlu sopir, aku

    benar-benar bisa pergi tanpa sopir, aku jugakan selalu kembali sebelum

    waktunya.” Masih berusaha memohon.

    “ Kau mau mulai lagi! Mau

    benar-benar ku laraang keluar rumah.”

    “ Tapi Jen juga tidak punya sopir

    dia bisa pergi dan pulang sampai malam sendirian.” Membandingkan fakta. Jen

    yang usianya lebih muda darinya. Jen yang masih berstatus mahasiswa magang. Jen

    yang jauh lebih cantik darinya. Jen yang punya seribu satu alasan untuk dilindungi

    dari pada dirinya.

    “ Kau membandingkan dirimu dengan

    Jen.” Mendorong Daniah sampai ambruk di sofa. Saga duduk di pinggir sofa

    sementara tangan kanannya ada di samping Daniah. “ Jen tidak pernah ingin lari

    dariku. Jen tidak pernah menghilang dan membuatku kuatir!” setengah berteriak.

    Kuatir, apa dia benar-benar kuatir

    padaku.  Atau hanya  karena aku menghilang waktu habis pesta ulang tahun ibu.

    Ini hukuman untukku. Karena sudah membuatnya susah. Hei, kenapa kau pendendam

    sekali!

    “ Sayang, tapi itukan.”

    “ Masih mau membatah.”

    Daniah mengigit bibirnya agar

    berhenti bicara.

    Dia sudah mengancamku tadi, kalau

    aku membantahnya lagi dia benar-benar melarangku keluar rumah habislah aku.

    Saga mendekatkan wajahnya, Semakin

    dekat membuat Daniah memejamkan mata.

    Muah. Muah.

    “ Apa kau berdebar-debar sekarang? Kau

    bilang jantungmu ingin meledak kalau aku melakukan inikan.” Ciuman tiba-tiba

    datang, Daniah tersengal lagi. Saga menghentikan ciumannya. Sekarang dia

    memberikan kecupan lembut tiga kali di bibir Daniah. “ Buka matamu bodoh!”

    Sialan! Kenapa aku bisa menggigau

    separah itu si.

    “ Katakan!” Daniah tahu apa yang

    ingin di dengar Saga. Dia terlihat mengepalkan tangannya.

    “ Aku mencintaimu sayang.”

    Saga membelai rambut dan menyentuh

    telinga daniah. Memainkan daun telinga tipis yang mulai memerah itu.

    “ Ini terakhir kalinya aku

    menyuruhmu mengatakannya.” Mencium lembut bibit Daniah, lalu dia menjauhkan

    lagi wajahnya. “ Tapi kalau kau mau mengatakannya sendiri nanti, katakanlah,

    jangan menahannya. Katakan kau mencintaiku dengan kemauanmu sendiri.”

    Apa! mengatakan karena kemauanku

    sendiri, apa dia benar-benar ingin aku mencintainya.

    Daniah memejamkan mata saat Saga

    lagi-lagi mendekatkan wajahnya.

    Eh, kenapa? Kenapa dia tidak

    menciumku.

    Daniah membuka mata perlahan,

    melihat Saga yang sudah berdiri di samping sofa tempatnya berbaring.

    “ Apa yang kau lakukan di sana?

    Huh! Kau ketagihan aku cium ya. Bangunlah! Aku lelah mau tidur sekarang.” Berjalan

    meninggalkan Daniah yang di selimuti malu. Dia menutup pintu pelan, lalu

    tergelak tanpa suara. “ Kenapa dia lucu sekali.” Wajah malu Daniah yang

    memerah.

    Apa! Apa! apa dia sedang

    menjahiliku lagi. Aaaaaaa................

    BERSAMBUNG

Novel