Chapter 101 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 101

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-05-01

Saat ini berciuman sudah menjadi

    santapan Daniah sehari-hari. Tidak bisa menolak, tidak boleh menawar juga. Tapi

    sepertinya dia menikmati. Buktinya debaraan keras dadanya seperti mau

    berloncatan keluar. Walaupun dia terlihat mengepalkan tangan. Apa lagi ciuman

    selamat pagi di dalam kamar, yang tidak akan pernah di lewatkan Saga. Sudah

    seperti sarapan wajib saja. Saat sudah keluar kamar Saga menarik tangan Daniah

    agar berjalan mensejajarinya menuruni tangan.

    “ Sayang, akhir pekan ini aku boleh

    pergi?” memilih bertanya saat situasi sedang kondusif. Setelah ciuman selamat

    pagi Saga selalu terlihat bersemangat soalnya.

    “ Hemm.” Jawaban yang meminta

    penjelasan. Ntah bagaimana caranya Daniah tahu cara menafsirkannya sekarang.

    Sepertinya keahlian sekertaris Han sudah sedikit menular padanya. Tapi kenapa

    sampai hari ini dia masih bebal menafsirkan perasaan tuan Saga, itu masih

    menjadi misteri.

    “ Aku mau mengajak karyawanku

    liburan dan juga Maya.” Akhir pekan menyenangkan tanpa tuan Saga, itu point

    utamanya.

    “ Siapa Maya?”

    Akukan sudah pernah mengatakan

    perihal Maya padanya.

    “ Dia pelayan di rumah belakang.”

    Sampailah di meja makan. Pak Mun sudah menarik kursi Saga, dia duduk di sana.

    Mengambil sandwich di depannya ke depan mulut Daniah. Gadis itu mengigit lalu

    menerima dengan kedua tangannya.

    “ Pergilah. Kembali sebelum jam

    enam sore.”

    Wajah Daniah berbinar senang. Jawaban

    Saga adalah hal terbaik yang terjadi menyambut pagi ini.

    “ Baiklah, terimakasih ya.” Dia

    juga menunjuk sandwich yang di pegangnya. Terimakasih untuk yang ini juga

    maksudnya. “ Makanlah sayang.” Mendekatkan piring milik Saga.

    Sarapan hanya bertiga, Sofi memilih

    menjadi pengamat sambil menelan makanannya, Jen sejak mulai magang tidak pernah

    sarapan bersama lagi. Tidak sempat. Dia bisa terlambat kalau harus menunggu

    Saga keluar dari kamar. Alhasil dia selalu sarapan duluan di meja dapur sebelum

    semua orang turun.

    “ Aku berangkat ya.” Mencium kepala

    Daniah, lalu memasuki mobil.

    Daniah mengeryit bagaimana sikap

    Saga bisa begitu natural ketika melakukan apapun. Bahkan untuk hal yang baru

    dia lakukan. Dia menoleh pada sekertaris Han yang mengangukan kepala, lalu

    masuk ke mobil. Mobil melaju meninggalkan Daniah yang masih memandang dari

    kejauhan.

    “ Han.”

    “ Ia tuan muda.”

    “ Siapa Maya dari rumah belakang?”

    “ Maya pelayan di bagian pakaian

    tuan, dia berteman dengan nona muda sejak pertama kali nona masuk ke rumah ini.

    Apa anda tidak senang dia bersama nona.” Masih mengemudikan mobil dengan

    tenang. Hanya melirik spion sebentar.

    “ Pastikan latar belakaangnya,

    kalau dia beteman dengan Daniah tanpa maksud apa-apa, biarkan dia.”

    Saga ingat beberapa kali nama Maya

    muncul dalam perbincangan Daniah, sepertinya wanita itu menjadi teman yang

    cukup di sukai istrinya. Dia hanya ingin memeriksa, apakah wanita itu

    benar-benar tulus berteman atau karena maksud tertentu.

    “ Baik tuan muda.”

    Bahkan  sekarang aku harus memeriksa latar belakang

    pelayan yang dekat dengan nona.

    “ Apa nona menerima Leela sebagai

    sopirnya.” Han mengalihkan pembicaaraan. Karena sepertinya tadi reaksinya saat

    bertemu tidak terlihat kesal.

    Atau dia tidak menduga, ide sopir

    itu dariku.

    “ huh! Tentu saja setelah aku

    mengancam akan mengurungnya di rumah dia tertawa senang dan berterimakasih aku

    memberinya sopir.”

    Maaf nona, ini adalah upaya saya

    meringaankaan beban pekerjaan saya. Semoga anda tidak akan tahu kalau ide sopir

    itu dari saya.

    Daniah menuruni tangga setelah

    mengambil tas dari kamarnya, bertemu dengan Sofi yang juga sudah bersiap pergi

    kekampus.

    “ Kakak ipar punya sopir baru ya?”

    Sofi mendekat, mengandeng lengan Daniah. Mereka berjalan beriringan.

    “ Kau sudah tahu ya.” Cemberut. “

    Jen dan kamu saja bisa bawa mobil sendiri tanpa sopir, tapi tuan Saga

    mengancamku, kalau aku gak mau bawa sopir aku gak boleh keluar rumah.” Rasanya

    seperti iri, kesal, dan benci. Apalagi melihat Sofi yang masih mahasiswa saja

    bisa sebebas ini.

    Dasar menyebalkan.

    “ Itukan karena kakak ipar kabur

    waktu itu.” Duarr, Daniah memukul tangan Sofi yang melingkar di lengannya.

    “ Hei, siapa yang kabur. Akukan cuma

    mau menenangkan diri, itupun aku cuma di ruko tidak kemana-mana.” Protes dengan

    sebutan kabur yang di sematkan Sofi. Memang dia mau kabur kemana juga. Memang

    dia punya keberanian sebesar itu di dadanya untuk kabur. Kalau dia bisa dia

    sudah dari awal lari dari pernikahan.

    “ Kakak iparkan menghilang tanpa

    jejak. Tidak izin ataupun pemberitahuan juga. Itukan namanya kabur.” Sofi masih

    ngotot, kenapa, karena kelakuan kakak iparnya telah membuat seisi rumah

    dipenuhi ketegangan dan kepanikan.

    Daniah kehabisan kata-kata. Mau membantah,

    tapi dia tau diri kalau dia memang salah. Tidak di bantah harga dirinya rasanya

    tercabik-cabik.

    “ Tapi kak Saga kuatir sekali tahu

    kakak ipar. Dia sampai marah sama kami yang membiarkan kakak ipar pergi. Hiks,

    aku sudah lama tidak melihat dia semarah itu. Kak Jen saja sampai tidak berani

    bicara apa-apa.”

    Apa! kenapa si, tahu tidak semua

    sikapmu itu membuatku semakin binggung saja tuan muda. Apa kau benar-benar

    kuatir padaku. Apa kau benar-benar perduli padaku.

    “ Sofi tapi bagaimana ibu, sampai

    kapan ibu mau pergi.” Mengalihkan topik, malas kalau ujung-ujungnya dia yang di

    salahkan karena perkara kabur.

    “ Sebentar lagi, kakak ipar tidak

    perlu kuatir. Kalau ibu melakukan kesalahan memang seperti ini. Dia harus pergi

    dan menghilang, kalau suasana hati kak Saga sudah baik, dia juga akan menyuruh

    pak Mun menghubungi ibu. Kakak ipar tidak perlu kuatir, ibu juga sedang

    bersenang-senang pasti sekarang.” Dia yang anaknya saja bisa bicara setenang

    itu, lantas kenapa Daniah yang di posisi menantu tidak dianggap merasa kuatir.

    “ Benarkah?” tidak percaya.

    Sofia mengeluarkan hpnya.

    Menunjukan foto-foto ibunya. Banyak sekali fotonya.

    Apa! dia sedang belanja-belanja

    dengan wajah riang gembira begitu. Sia-sia sudah kecemasanku selama ini.

    “ Aku berangkat ya kakak ipar, ahh

    itu Leela ya, sudah kuduga kak Saga akan memberikan dia untuk kakak ipar.” Sofi

    menunjuk seseorang yang sudah berdiri di samping mobil. Dia sedang bicara

    dengan pak Mun.

    “ Kau kenal dia?” Daniah

    menghentikan langkah kaki Sofi, mau meminta penjelasan lebih lanjut. “Siapa

    dia?”

    “ Dia?” terdengar Sofi mendesah

    tidak suka. “Dia sama menyebalkan dan sama kakunya seperti sekertari Han. Pokoknya

    dua itu sudah seperti pasangan sejati.”

    Banyak praduga bermunculan di

    kepala Daniah.

    “ Kakak ipar tau kan slogan

    hidupnya sekertaris Han, melakukan apapun agar segala sesuatu berjalan dengan

    semestinya untuk tuan muda. Kalau wanita ini slogan hidupnya adalah : Mematuhi

    semua yang kak Saga katakan tanpa terkecuali. Pokoknya kakak ipar hati-hati

    bicara kalau di dekatnya ya.” Sofi melambaikan tangan dan kabur ke mobilnya.

    Apa! pasangan serasi sekertaris

    Han, satu saja yang itu sudah memusingkan, kenapa harus di tambah lagi dengan

    yang ini si.

    “ Selamat pagi nona, Silahkan.”

    Katanya sopan, saat Daniah mendekat kearah mobil. Dia sudah membukakan pintu

    belakang mobil.

    Apa-apaan si dia.

    “ Aku duduk di depan saja.” Daniah

    membuka pintu mobil depan, dan langsung masuk. Leela bergegas mengitari mobil

    dan masuk, duduk di belakang kemudi. Tanpa bicara sepatah katapun lagi, dia

    mulai melajukan mobil menuju gerbang utama, meninggalkan pak Mun yang kemudian

    berbalik dan akan mulai pekerjaan hariannya yang tidak ada habisnya.

    Keheningan tercipta di dalam mobil.

    Leela hanya fokus mengemudi. Daniah meliriknya beberapa kali. Tapi engan untuk

    menyapa juga. Sedikit kesal juga sebenarnya, karena Leela bisa jadi akan

    mengawasinya dan melaporkan apaapun yang iaa lakukan pada tuan Saga.

    Benar-benar mengingatkanku pada

    seseorang ya. Dia tidak mungkin adik sekertaris Han kan, kenapa sepertinya

    sifat mereka mirip sekali. Tunggu, dia bukan istrinya sekertaris Hankan. Hal

    gila apalagi yang aku pikirkan ini. Tapi Sofi bilang tadi mereka adalah

    pasangan serasi.

    Leela terlihat sangat manis. Postur

    tingginya lebih tinggi dari Daniah. Tapi jaraknya tidak terlalu berarti. Dari

    awal dia sudah terlihat menjaga jarak dari Daniah. Memposisikan dirinya pada

    tempatnya. Bahwa dia bukanlah teman, dia adalaah sopir yang akan melayani

    Daniah sebagai nona mudanya. Istri dari tuan Saga. Orang yang harus dia hormati

    dan dia jaga.

    Tidak terasa keheningan itu

    tercipta sampai mobil memasuki halaman ruko. Daniah terkejut saat terbangun

    dari lamunan dan mendapati dirinya di mana.

    Eh, dia tahu, padahal aku belum

    mengatakan apa-apa. dia ini sekertaris Han versi cewek ya? Tau semua hal yang

    harus di lakukan bahkan sebelum aku mengatakan apapun.

    Leela keluar dari mobil duluan

    dengan sigap berlari membukakan pintu mobil untuk Daniah.

    “ Silakan nona.”

    Anak ini, baiklah kita bicara

    nanti. Aku masih belum punya tenaga untuk bicara denganmu. Sekarang lakukan

    saja hal sesukamu. Aku hanyaa minta jangan terlalu norak seperti sekertaris

    Han.

    Serangan dari dalam ruko saat

    Daniah muncul dengan orang asing di belakangnya. Wanita berpakaian rapi yang

    muncul dibelakang Daniah. Yang mengikuti seperti ekor tidak terpisahkan tu.

    “ Mbak Niah siapa dia?”

    “ Mbak Niah nambah karyawan ya?”

    “ Siapa dia mbak?”

    Dia mata-maata yang dikirim tuan Saga.

    “ Saya Leela, saya akan membantu

    nona bekerja di ruko ini atas perintah tuan Saga.” Daniah menutup mulut Leela.

    Menghentikan apapun yang ingin ia katakan.

    “ Dia Leela, akan membantu kita.

    Kedepannya tolong akur dengannya ya.” Semua karyawan menjawab kompak. “Jangan

    bicara yang aneh-aneh di sini.” berbisik di telinga Leela, lalu dia melepaskan

    tanganya saat gadis itu mengangukan kepala paham.

    Jiwa-jiwa polos karyawanku tidak tahu kehidupanku yang sebenarnya.

    " Jangan bicara yang aneh-aneh!" Leela mengganguk dan tersenyum. Tapi melihat senyuman gadis di depannya malah membuat Daniah semakin kuatir.

    BERSAMBUNG

Novel