Chapter 116 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 116

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-05-15

Matahari sudah terang di luar sana.

    Semua orang di dalam rumah sudah beraktifitas sesuai dengan tugas

    masing-masing. Jen dan Sofi memilih kabur bahkan sebelum mereka sarapaan. Ya,

    mereka mendengar babak pertama teriakan Saga pada kakak ipar mereka. Karena tidak

    tahu bagaimana akhir peperangan mereka memilih menyelamatkan diri dari pada

    harus terkena serpihan ledakan.

    Padahal saat keluar dari kamar

    mereka masih baik-baik saja pikir mereka. Jen dan Sofi bertanya ke sana kemari,

    tapi semua bungkam tentang ada kejadian apa semalam. Pak Mun tidak mau bicara

    hanya bilang tuan muda dan nona baik-baik saja, sedang ada di kamar.  Saat mereka melihat Sekertaris Han duduk

    dengan sarapannya di meja makan sambil membaca dokumen mereka memberanikan diri

    mendekat.

    “ Benar kalian mau tahu? Orang yang

    sok mau tahu biasanya mati duluan lho.” Mendengar itu mereka langsung kabur

    meninggalkan meja makan tanpa menyentuh sarapan. Memaki sekertaris Han ketika

    sudah sampai di mobil masing-masing.

    Udara segar masuk ke dalam kamar

    melalui sirkulasi udara, sinar matahaaripun jatuh ke dalam ruangan. Namun Saga

    sengaja menutup tirai untuk melindungi istrinya.

    Pak Mun baru saja meletakan makanan

    ketika Saga muncul dari kamar mandi. Sudah memakai setelan jasnya. Rambut

    tersisir rapi dan semua sudah sempurna. Dia memang sangat tampan di pagi hari.

    Apalagi saat suasana hatinya sedang sangat baik.

    “ Sarapan anda tuan muda.”

    “ Hemm. Kemarilah!” Pak Mun

    mendekat ke sofa yang di duduki Saga. Dia mengeser piring agar lebih dekat, dan

    mudah di jangkau. “ Aku mau bertemu dengan gadis itu, pelayan di rumah belakang

    yang berteman dengan istriku.”

    “ Baik tuan muda. Akan saya panggil

    kan.”

    “ Tunggulah di bawah, aku akan

    turun setelah Daniah bangun.”

    “ Baik tuan muda. Silahkan

    menikmati sarapan anda.”

    “ hemm.”

    Pak Mun pamit lalu berjalan keluar.

    Sambil beralih menatap ke tempat tidur Saga meraih gelas dan meminumnya hampir

    separu. Lalu mengambil roti isi di piring. Memakannya.

    Huh! Enak sekali dia tidur, apa dia

    sedang bermimpi sekarang.

    Terdengar gumaman-gumaman dari

    bawah selimut. Seseorang mengeliat, lalu selang tidak lama dia sudah duduk.

    Menarik selimut menutupi dirinya sampai ke bahu. Karena dia sadar tidak ada

    apapun yang menempel di tubuhnya sekarang. Dia mengeliat, menghilangkan rasa

    pegal.

    “ Kau sudah bangun?” suara dari

    sofa memecah konsentrasi Daniah mengumpulkan nyawa yang berterbangan saat dia

    tidur.

    “ Eh, ia sayang.” Menarik selimut  melindungi diri. Ingatan semalam kembali

    berlarian, membuatnya waspada. Dia mengintip melalui ekor matanya bagaimana

    suasana hati suaminya. lalu sadar saat melihat piring di depan Saga. Menoleh

    pada jendela. Matahari sudah terang di luar sana.

    Jam berapa ini? Bagaimana aku bisa

    bangun setelahnya. Dia bahkan sudah sarapan. Aku pasti sudah gila.

    “ Maafkan aku sayang, aku kesiangan.

    Kamu bahkan sudah sarapan ya.” Mencari-cari di mana baju tidurnya berada. Tidak

    di temukan di manapun matanya berkeliling. Tidak mungkinkan dia lari ke kamar

    mandi dengan tubuh polos ini.

    Aku kan bisa menyeret selimut ini,

    ia bawa saja masuk ke kamar mandi.

    “ Sudahlah! Kembalilah tidur, kau

    bisa tidur lagi sampai kapan pun kau mau.”

    “ Hehe, aku mau bekerja sayang.

    Hari ini banyak barang yang akan masuk.”

    Saga bangun dari duduk, dia sudah

    menyelesaikan sarapannya. Mengambil dasi di atas meja. “ Bekerja? Memang kau mau

    bekerja kemana? Lupa yang aku katakan semalam.” Tersenyum tipis, sambil melihat

    dirinya dalam pantulan kaca.

    Berfikir, berfikir, Daniah berusaha

    berfikir keras.

    “ Kau sedang dalam masa percobaan

    hukuman.” Memberi informasi, karena sepertinya istrinya lambat berfikir.

    Aaaaa, ia, dia melarang ku ke luar

    rumah. Sial.

    “ Kalau kau berani keluar rumah tanpa

    izin dariku, bukan kau saja yang akan menanggung akibatnya. Pelayan dan penjaga

    yang bertugas hari ini akan ikut  bertanggung jawab juga.”

    “ apa?” Memang dia mau melakukan

    apa.

    “ Akan kupecat mereka semua tanpa

    peringatan.”

    “ Sayang, kamu tidak bisa memecat

    mereka senaknya.” Kehilangan kata-kata karena sikap seenaknya Saga.

    “Kenapa? aku yang mengaji mereka

    terserah aku mau melakukan apa.”

    Haha, ya, ya, kau rajanyaa yang

    mulia. Hamba mohon ampun sudah menjawab anda

    Daniah hanya bisa tersenyum kecut

    di atas tempat tidur.

    “ Kau tidak perlu mengancamku juga,

    aku tidak akan berani keluar rumah.” Gumam-gumam tapi dengan suara jelas. Biar

    di dengar yang mulia raja.

    Saga tersenyum tipis. “ Baguslah

    kau tahu, hati-hati dengan  yang kau

    lakukan, karena orang lain juga akan ikut menanggungnya.”

    “ Baik.” Hanya bisa pasrah.

    Saga selesai dengan Dasinya, dia

    mengambil hp  milik Daniah di atas meja. Melemparkan pada daniah tepat mengenai selimutnya.

    Membuat selimut itu merosot dari bahunya. Menunjukan tubuh polos Daniah dengan

    banyak sekali tanda kepemilikan di sana. Bertebaran di seluruh tubuh

    “ Wahhh, wahhh, kau sedang

    mengodaku sekarang?”

    Daniah kaget melihat tubuhnya

    sendiri, dia menarik selimut. Mengulungnya, mengulungnya sampai ke leher.

    “ Kenapa? Mau mencicil hutangmu

    pagi ini.” Bertanya sambil tergelak nakal.

    “ Tidak sayang, tidak, aku baru mau

    menghitung utangku, belum mau melunasinya.” Semakin rapat dia menggulung

    selimutnya. Bahkan sampai melilit ke leher.

    Saga mendekati tempat tidur,

    membuat gadis itu meringsek mundur ketakutan.

    Jangan! Jangan lagi! Aku mohon.

    “ Apa yang kau lakukan, kau bisa

    susah bernafas dan mencekik lehermu sendiri.” Melepaskan gulungan selimut dari

    leher Daniah. “ Kenapa kamu mengemaskan begini si, aku jadi ingin memakan mu kan.”

    Merapikan rambut Daniah yang berantakan.

    Hah! Dia bilang apa? itu, kata-kata

    itu dia tujukan padakukan.

    “ Istirahatlah kalau kau masih

    lelah. Aku akan menyuruh pak Mun mengirim pelayan untuk membantumu. Pindah ke

    kamar nanti setelah sarapan.”

    “ Ba, baik.” Daniah kehilangan

    pikiran sehatnya, pikirannya sedang binggung sekarang. Mencerna sikap Saga

    dengan nalar manusianya.

    “ Aku berangkat ya, kemarilah,

    berikan aku ciuman selamat pagi.” Saga menyentuh pipinya. Masih dalam keadaan

    belum sepenuhnya sadar dengan situasi yang terjadi, Daniah beringsut dari

    tempatnyaa duduk. Masih dengan selimut agar menutupi tubuh polosnya.

    “ Selamat pagi sayang, selamat

    bekerja.” Ciuman di seluruh bagian wajah, dan kecupan tiga kali di bibir.

    Ini kami sedang main drama apa sih?

    “ Istrirahatlah!”

    “ Ba, baik.”

    Saga teringat sesuatu dengan hp

    yang dia lemparkan tadi. Dia berbalik. Membuat Daniah kembali terkejut dan

    menarik selimutnya lagi.

    “ Tontonlah peremian danau hijau di

    chanel resmi antarna grup, tonton sampai selesai!”

    “ Eh, ia, baik.”

    “ Biar otakmu pintar sedikit.”

    Saga tergelak meninggalkan Daniah

    di atas tempat tidur yang masih tidak tahu apa yang baru saja dia alami tadi.

    Tolong, ada yang bisa menjelaskan

    situasi apa ini, kenapa dengannya. Semalam dia sudah seperti banjir besar yang

    akan melumatku hidup-hidup. Tapi pagi ini dia sudah seperti pemain utama dalam

    drama romantis.

    Aku tidak sedang menunggu hukuman

    matikan? Jadi aku dibaik-baikin dulu.

    Saga menuruni tangga, bahkan

    terdengar siulan kecil dan dendangan dari bibirnya. Dia berjalan riang seperti

    pengantin baru yang baru keluar dari kamar pengantinnya.

    “ Apa itu dia?” Saga mendapati

    seseorang sedang berdiri di dekat sofa ruang tv. Dia berdiri sambil menundukan

    kepalanya. Pak Mun di sebelahnya mempersilahkan Saga duduk.

    “ Ia tuan muda. Dia Maya.”

    Saga mendekat, lalu duduk di sofa.

    Bersamaan sekertaris Han muncul dari ruang kerja, ikut berkumpul. Auranya

    membuat suasana semakin tegang saja.

    “ Perkenalkan diri mu!” Pak Mun

    angkat bicara.

    Maya terlihat sangat gelisah, ini

    kali pertamaanya berhadapan langsung dengan majikan yang sudah setahun ini

    menjadi tempatnya bekerja. Dia baru beberapa kali melihat wajah tuan muda. Tapi

    itupun tidak sedekat ini. Ia terlihat gemetar mencengkram tangannya.

    “ Selamat pagi tuan muda, saya

    Maya. Saya bekerja di rumaah belakang, bertugas di bagian pakaian.”

    Apa aku membuat kesalahan. Kenapa

    sampai aku bisa berdiri di sini.

    “ Kenapa takut, aku memanggil mu

    bukan karena kau melakukan kesalahan.”

    Mendengar itu membuat Maya bukannya

    semakin tenang, tapi malah semakin gelisah. Hanya satu alasan kenapa sampai dia

    di panggil, pasti karena nona. Semalam telah terjadi sesuatu di rumah ini.

    Walaupun tidak ada pelayan yang berani membicarakannya. Tapi Maya tahu ada

    sesuatu yang terjadi.

    “ Aku hanya ingin bertemu dengan

    teman istriku dan berterimakasih padanya.” Maya mendongak sebentar, melihat ke

    arah Saga. Laki-laki itu tersenyum. “ Terimakasih sudah menjadi teman di saat-saat

    sulit istriku datang kerumah ini.”

    Kenapa dia masih pucat pasi begitu

    si, memang aku semenakutkan itu apa.

    Saga mendongakan kepalanya, melihat

    ke belakangnya. Han sedang berdiri tidak bergeming di belakangnya. Dengan wajah

    datar namun pandangannya menatap lekat gadis itu.

    “ Han, kau menakutinya tahu,

    berhenti melihatnya begitu. “

    “ Saya tidak sedang menatapnya tuan

    muda. Saya sedang menunggu anda.”

    Alasan apa itu, jelas-jelas aku

    lihat kau memelototinya.

    “ Jangan hiraukan dia, mendekatlah.”

    Maya belum bergerak.

    “ Apa kau tidak dengar apa yang di

    katakan tuan muda.” Han ikut bicara, geram karena Maya belum melangkah

    sedikitpun. Ucapan Han semakin membuat Maya menciut.

    “ Hei, kenapa kau berteriak

    padanya. Sudah kubilang kau menakutinya. Tutup mulut mu Han, mau kusuruh kau

    pergi.”

    “ Maaf tuan muda.”

    Jatuh cinta pada gadis ini baru tau

    rasa kau nanti, pikiran liar Saga berlarian.

    “ Maafkan saya tuan muda.” Maya

    berjalan mendekat. Saat ini dia benar-benar bisa melihat wajah tuan Saga dengan

    sangat jelas. Bukan hanya sekedar di tv atau di internet. Dia memang terlihat

    sangat sempurna dan tampan. Gumam Maya dalam hatinya penuh kekaguman. Tapi

    buru-buru dia menundukan matanya lagi saat matanya  bertemu dengan

    sekertaris Han di belakangnya.

    “ Apa yang  biasanya dibicarakan istriku?”

    “ Nona banyak cerita tentang

    pekerjaannya, dan adiknya.” menjawab dengan cepat.

    “ Dia tidak membicarakan ku.”

    Hah! Pertanyaan apa ini? Aku harus

    menjawab apa ini.

    “ Nona jarang bercerita tentang

    kehidupan pribadinya tuan muda. Maaf.”

    Seperti yang ku duga. Di rumah ini

    tidak ada yang tau dia minum pil kontrasepsi. Dia pasti menyimpannya rapat

    seperti menyembunyikan aibnya. Baiklah, karena kau anak yang baik, aku akan

    membiarkan kalian tetap berteman.

    “ Baiklah. Sepertinya kau juga

    tidak tahu apa-apa. Pak Mun pindah tugas kan dia untuk melayani Daniah mulai hari.”

    Maya mendongak terkejut, yang baru

    dia dengar tidak salahkan.

    “ Baik tuan muda.” Pak Mun

    menjawab.

    “ Tugasmu hanya satu, pastikan

    Daniah tidak melakukan sesuatu yang bisa membuatku kesal. Aku akan melipat

    gandakan gajimu jadi bekerjalah dengan benar.”

    Duarr, tugas macam apa itu.

    Lagi-lagi Saga berfikir semua orang seperti sekertaris Han, yang tahu

    menafsirkan walaupun hanya dengan mendengar desahannya saja. Maya kebingungan

    dengan tanggung jawabnya apa, tapi dia tidak berani bertanya. Dia hanya perlu

    menjawab baik kan.

    “ Ba, baik tuan muda.”

    Semoga ada yang bisa menjelaskan maksud

    perintah tuan muda nanti.

    BERSAMBUNG

Novel