Chapter 131 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 131

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-07-14

Senyuman  masih menghiasi wajah Daniah. Semua hal baik

    sedang menari-nari di kepalanya. Leela terlihat melirik sebentar pada Daniah,

    dia ikut tersenyum melihat rasa bahagia yang tergambar jelas dari wajah nona

    mudanya.

    Pengakuan cinta, memang selalu di

    butuhkan meyakinkan hati. Walaupun sebenarnya tanpa di ucapkannpun, ketika hati

    sudah merasa di cintai sebenarnya itu sudah lebih dari cukup. Namun manusia

    terkadaang selalu butuh pengakuan. Sesederhana apapun bentuk pengakuan cinta

    akan di terima dengan hati berbunga.

    “ Bagaimana perasaan nona?”

    berpaling sebentar lalu kembali melihat ke depan.

    “ Eh apa?” Daniah berpaling dari

    kaca dan melihat leela.

    “ Apa nona bahagia?”

    Daniah binggung menjawab. Perasaan

    Saga yang sesuangguhnya. Saat itu dia mendengarnya saat Saga mengatakan pada

    helen bahwa hanya dirinya yang boleh menyentuh Saga. Saat itu hatinya mulai

    muncul bunga, nama Saga jauh lebih besar memiliki ruang di hatinya. Apalagi

    saat ia mendengar saat suaminya mengatakan pada ibu.

    “ Aku mencintai Daniah bu.”

    Rasanya jantungnya ingin meledak

    karena tidak percaya. Dan dia selalu menantikan momen seperti ini akan datang.

    Saga menyebut namanya. Hingga semua ketakutan akan di buang pergi lenyap. Saat ini

    yang ada di pikiran Daniah cuma satu. Apa yang akan dia katakan saat bertemu

    dengan suaminya nanti.

    Canggung atau pura-pura malu ya.

    “ Nona pasti sangat bahagia kan?

    Tuan muda sangat mencintai nona, jadi saya berharap nona juga bahagia berada di

    samping tuan muda.”

    Danaih menatap Leela, menepuk

    bahunya. Dia hanya tersenyum tapi tidak menjawab apapun. Dia memalingkan wajah

    dan bersandar di kursi. Tengelam dalam pikirannya sendiri.

    Tidak seperti biasanya pak Mun

    sudah berdiri di dekat pintu menyambut, dia pasti sudah mendapat informasi dari

    penjaga gerbang kalau Daniah sudah kembali. Dia mendekat saat Daniah keluar

    dari mobil. Daniah heran. Biasanya pak Mun tidak pernah menyambutnya. Karena

    Daniah sudah melarang. Ditambah lagi wajah serius Pak Mun. Membuat Daniah takut

    juga.

    “ Selamat sore nona.”

    “ ia pak.”

    “ Kenapa anda baru kembali.”

    “ Eh kenapa pak, saya pulang sudah

    sesuai jadwal kan. Biasanya saya pulang jam segini.”

    Pak Mun terlihat semakin kuatir.

    “ Tapi tuan muda sudah ada di rumah

    dari sejam yang lalu.” Menunjuk atas. Letak kamarnya. Daniah mendongak panik. Tahu

    maksudnya.

    “ Apa! kenapa bisa, kenapa tidak memberi

    tahu saya pak. Apa tuan Saga marah?” Pak Mun tidak menjawab hanya

    mempersilahkan Daniah untuk masuk.

    Giliran Daniah yang mulai pucat.

    Dia berjalan cepat meninggalkan Leela yang terlihat sama kuatirnya.

    Bagaimana ini, ini hari pertama aku

    boleh keluar rumah. Tapi aku sudah pulang terlambat di hari pertamaku.

    “ ck ck ck.” Daniah mendengar

    seseorang berdecak. Sekertaris Han sedang bekerja dengan laptopnya. Dia menutup

    layar laptop lalu bangun mendekat. “ Sepertinya anda benar-pener punya nyawa

    lebih dari satu ya.”

    Apa! kurang ajar, masih bisa

    meledekku.

    “ kenapa? Kenapa kau tidak

    mengatakan kalau tuan saga kembali lebih awal.” Protes keras.

    Sekertaris Han mengambil hp di saku

    jasnya. Dia hanya mengangkat bahu.

    “ Kamu sengaja ya?” memukul bahu

    sekertaris Han kuat. Kuat sekali, sekuat tenaga Daniah melakukannya. Sampai Han

    merabanya karena tertingkal sakit yang cukup membuatnya meringis. “ Jahat

    sekali, aku baru boleh keluar hari ini. Dan gara-gara kamu tidak mengirimi aku

    pesan peringatan, tuan Saga bisa saja menghukum ku lagi dan tidak mengizinkan

    ku keluar rumah.” Frustasi karena kesal. Tapi dimata Han gaya marah-marah Daniah

    terlihat mengemaskan. Membuat laki-laki itu langsung berpaling cepat.

    “ Maaf kan saya nona, saya lupa

    kalau anda sudah boleh keluar rumah. Karena seminggu ini suasana sangat tenang

    saya pikir anda sudah pintar dan berfikir dengan bijak.” Alasan mu yang membuat

    Daniah semakin ingin memukul mu.

    “ Apa!” Sekali lagi dia hanya

    melotot kesal.

    “ Sekarang naiklah nona, tuan muda

    sudah menunggu.” Han berjalan di depan Daniah. “ Anda tahu kan tuan muda tidak

    pernah menunggu siapapun selama ini.”

    Aaa, Daniah frustasi mengikuti langkah

    sekertaris Han. Di depan kamar langkah mereka berhenti.

    “ Berhati-hatilah nona.” Nasehatnya

    malah hanya terdengar seperti ancaman. Bukannya membuat Daniah berani, dia

    malah berharap tidak akan masuk ke dalam kamar.

    “ Sekertaris Han, ikut aku masuk.”

    Daniah menarik ujung lengan jas yang dipakai Han. “ temani aku.” Daniah tidak

    bisa berfikir cara yang lain. Dia ingin selamat dari situasi ini dengan mudah. Paling

    tidak Han bisa dipakainya alasan. Karena dia tidak mengirim pesan padaku. Begitu

    rencananya menuding hidung sekertaris Han di hadapan Saga nanti.

    “ Apa anda pikir berapa nyawa yang

    saya punya.”

    “ Apa!” gemetar gegal sampai

    mengigit bibirnya sendiri.

    Sekertaris han membukakan pintu,

    ketika Daniah sudah masuk. Dia menutup pintu tanpa bersuara. Tidak menunggu, langsung turun ke lantai bawah. kembali bekerja dengan laptopnya.

    Glek, Daniah menelan ludahnya.

    Sambil mengedarkan pandangan. Matanya lurus tepat di sofa. Saga sedang duduk di

    sana. Melihatnya dengan sorot mata tidak bersahabat.

    Tunggu, kenapa ini. Kenapa dia

    terlihat kesal. Aku bahkan masih ingin memikirkan sikapku saat bertemu

    dengannya. Tapi sekarang sepertinya yang ada aku malah ketakukan.

    “ Sayang, kamu sudah pulang ya.”

    Saga menjentikan jarinya meminta

    Daniah mendekat. Gadis itu berjalan mendekat tanpa protes bahkan melaui raut

    wajahnya sekalipun.

    Apa yang di katakannya tadi di tv

    itu cuma akting. Dia kan baru menyatakan perasaannya padaku. Seharusnya situasinya

    gembira kan, kenapa malah jadi mencekam begini.

    Perasaan sedih tiba-tiba menjalar

    di seluruh tubuh Daniah. Benar, kenapa dia bisa seyakin dan sebahagia itu saat

    mendengar apa yang di katakan Saga. Dia bahkan tidak memikirkan adanya plot

    twis yang bisa saja muncul. Bagaimana kalau yang dia katakan tadi semuanya

    hanya setingan. Bukankah seperti itu biasanya program tv. Daniah sambil

    berjalan mendekat, pikirannya terus berkecamuk.

    “ Kamu tahu sudah berapa lama aku

    menunggu mu.”

    “ Maaf sayang. Aku tidak tahu kalau

    kamu kembali lebih awal.”

    Biasanya kan tidak pernah begini,

    ini pertama kalinya kau pulang lebih awal dan sekertaris Han pun tanpa

    melakukan pemberitahuan apapun. Seperti sengaja melakukan supaya Daniah terjebak dalam

    lubang dalam yang bisa menguburnya hidup-hidup.

    Saga menarik rambut Daniah yang

    hanya terburai jatuh begitu saja. Gadis itu melepaskan rambutnya di tangga tadi

    sambil menyisir dengan tangannya. Karena rambutnya tertarik maka tubuhnya

    reflek mengikuti. Mendekat ke arah saga.

    “ Kau menonton acara tv tadi,”

    meraih dagu Daniah, mendekatkan wajah.

    “ ia aku menontonya.”

    Jadi dia benar-benar berakting di

    tv tadi. Cih, padahal aku sudah senang bukan main tadi.

    “ Bagaimana? Apa aku terlihat

    tampan di tv.” Semakin mendekatkan wajah lagi. Sedikit lagi bibir mereka pasti

    berciuman.

    “ Ia, sangat tampan. Tentu saja

    kamu memang sangat tampan di lihat dari manapun.”

    Saga menempelkan bibirnya lebut,

    dan mulai mengerakan lidahnya. Secara tidak sadar Daniah pun membuka mulutnya.

    Dan menikmati ciuman itu.

    Kenapa ini, kenapa dia susah di

    tebak si. Jadi perasaan mu yang mana sebenarnya.

    “ Aku mencintai mu.”

    “ Apa!” berteriak karena kaget

    mendengar bisikan Saga di telinganya. “ Sayang, apa kamu barusan mengatakan

    sesuatu.” Saga masih menyusuri leher Daniah dengan bibirnya. Membuat gadis itu

    terdorong sampai bersandar di sofa.

    Dia barusan mengatakannya kan.

    “ Apa? aku tidak mengatakan apapun.”

    Kecewa lahir dan bermunculan tanpa

    di cegah. Daniah merasa malu sendiri. Sepertinya dia merasa sangat

    berhalusinasi, karena perasaan ingin dicintai.

    Daniah mendorong tubuh Saga karena

    merasa kecewa. Laki-laki itu tidak terlihat tersinggung. Dia menyentuh telinga

    kiri Daniah.

    “ kenapa? Kau kesal? Memang kau

    mendengar apa tadi?”

    Diam tidak menjawab hanya memberi

    sorot mata tidak suka.

    “ hei, aku bertanya pada mu.

    Jawab!” Daniah masih terdiam dengan sorot mata yang sama . membuat Saga mulai

    kesal “ Jawab!” sudah mulai mengeraskan suara dan menuding bahu Daniah dengan

    telunjuknya.

    “ tidak, sepertinya aku

    berhalusinasi. Karena kamu tidak mungkin mengatakannya.” Saga tergelak, meraih

    bibir Daniah lagi dan menciumnya.

    Apa! kenapa menciumku lagi. Memang

    kamu pikir masalah selesai dengan ciuman.

    Selesai mencium dia duduk sambil

    menaikan kakinya. Bersila. Menarik lengan daniah supaya melakukan hal yang sama

    di depannya. Gadis itu menaikan kaki dan juga duduk bersimpuh.

    Mau apa lagi si.

    “ Memang kau berhalusinasi apa?”

    Apa! masih membahas ini. Tidak

    penting juga aku berhalusinasi apa.

    Akan jauh lebih memalukan kalau

    sampai Daniah mengaku kalau ia mendengar Saga mengatakan kalau dia

    mencintainya. Setelah ini dia tidak akan pernah merasa ke geeran. Dia akan merasa

    cukup dengan merasa di cintai saja. Tanpa pernah mendengar pengakuan secara

    langsung. Itu tidak penting.

    Asalkan aku merasa di cintai, itu

    sudah lebih dari cukup.

    Daniah berusaha menghibur diri.

    “ Kau mendengarku mengatakan apa?”

    masih bicara dengan tersenyum.

    Gemetar geram Daniah. Dia

    mencengkram lututnya kesal. Mulai merasa Saga mempermaiankannya, dan tahu

    laki-laki di hadapannya tidak akan berhenti sampai dia berteriak mengaku.

    “ Baiklah aku akan mengatakannya.”

    Menarik nafas dalam. “ Aku dengar kamu mengatakan, kalau kamu mencintaiku!”

    Daniah mengatakannya sambil berteriak keras. Suaranya sampai memenuhi

    langit-langit kamar.

    Daniah melihat Saga di depannya.

    Tubuhnya mulai tergoncang dia tertawa terbahak.

    Cih, aku benar-benar berhalusinasi.

    “ Hebat sekali kamu ya.” Membelai

    lembut pipi Daniah. Membuat gadis itu merinding tidak tahu arah pembicaraan

    Saga. “ Padahal aku cuma berbisik pelan, ternyata kau mendengarnya ya.”

    “ Apa!” Daniah terperangah melihat

    Saga lekat.

    “ Sepertinya telingamu masih

    normal.” Lagi lagi menyentuh telinga Daniah. mengoyangkannya pelan. “ Aku mencintai mu Daniah, jadi

    tetaplah di samping ku seumur hidup mu.”

    Kata-kata itu masih di sampaikan

    Saga dengan seenaknya, tapi tidak tahu, seperti buliran air menguyur hatinya. Ia

    merasakan ke legaan. Semua ketakutannya menghilang dan dia merasakan bahagia. Walaupun sekali lagi Saga tidak memilih kata romantis apapun di depannya. tapi mendengar itu sudah mengalahkan baitan kata romantis yang pernah di baca Daniah.

    Malam terus bergulir, mereka sudah

    ada di tempat tidur dengan baju tidur warna senada. Lampu masih menyala dengan

    terang. Saga duduk bersandar, sementara Daniah ada di sampingnya memeluk

    kakinya.

    “ Duduklah!”  Daniah duduk sesuai perintah. Bersandar di

    lengan suaminya. Memperhatikan yang di lakukan Saga. Dia mengambil sebuah amplop di dalam laci. Menyodorkan pada

    Daniah.

    “ Apa ini?” tangannya mengantung menerima amplop besar itu.

    “ Bukalah!”

    Daniah membuka amplop berwarna

    coklat. Mengeluarkan isinya.

    Ini kan surat perjanjian yang aku

    tanda tangani sebelum meikah dengannya. Dia mau apa mengeluarkan ini.

    “ Sayang, ini untuk apa?” bertanya bingung. hanya berharap semua baik-baik saja.

    “ Kau boleh merobeknya sekarang.”

    Apa! artinya aku bebas dari kontrak

    mengancam ini.

    Daniah memutar tubuhnya. Menyentuh pipi

    Saga dengan kedua tangannya.

    “ Benar, aku boleh merobeknya.”

    “ Heemmm.”

    Brett, brett. Daniah langsung

    mengoyak kertas itu menjadi serpihan. Dengan kerennya dia melemparkan potongan

    kertas itu ke udara. Berjatuhan mengenainya dan jatuh di atas tempat tidur. Dia

    tidak perduli dengan sampah berserak itu. Tapi robeknya kertas itu simbol dari

    kebebasannya kan. Membuatnya terlihat sangat bahagia.

    “ Haha, senang sekali kamu ya. Padahal

    itu cuma copyan dan bukan surat aslinya.”

    “ Apa!” Drama keren sudah berakhir.

    Ternyata Saga hanya sedang mengerjainya. Lemas dia menjatuhkan diri di

    bantalnya tanpa bersuara.

    “ Buahaha, bohong kok. Itu memang

    surat perjanjian asli.” Meraih remot dan memeatikan lampu kamar. Mengeser

    tubuhnya mendekati Daniah yang sudah ngambek, memasang wajah masam. “ Aku sudah tidak perlu itu untuk mengikatmu. Aku akan mengikatmu dengan

    cinta dan perasaanku.” Memeluk Daniah erat, sudah menempelkan tangan di tempat

    kesukaannya.

    “ Sayang, karena surat itu sudah

    tidak ada. Apa aku boleh sesekali membantahmu.” pertanyaan gila yang di ucapkan dengan iseng. tapi kalau di jawab boleh tentu akan menjadi berkah untuknya.

    “ Haha.” Mencengkram kuat, apa yang sudah di pegangnya dari tadi. “ kalau

    kau berani cobalah membantah.”

    Tidak, kalau aku masih waras

    sepertinya aku tidak akan melakukannya.

    Sekali lagi, Daniah meladeni kelakuan Saga

    yang tidak ada habisnya.

    Tapi malam ini semua ketakutannya menghilang, semua ke kuatirannya pada keluarganya terbang tinggi. dia akan mengantungkan diri pada janji suaminya. bahwa cinta dan perasaan mereka yang akan saling mengikat satu sama lain.

    BERSAMBUNG

Novel