Chapter 133 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 133

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-07-14

Pagi hari yang segar, aktivitas di

    dalam rumah utama sudah kembali normal. Para Pelayan sudah terlihat sibuk

    dengan pekerjaannya masing-masing. Daniah melihat dari kejauhan para tukang

    kebun juga sedang melakukan tugasnya. Menyiram pepohonan dan bunga.

    Daniah berjalan di samping Saga. Terhenti

    karena pak Mun.

    “ Sayang, kita mau kemana?” menarik

    lengan Saga.

    “ Sudah diam, masuk saja ke dalam

    mobil sana.” Mendorong tubuh Daniah agar berjalan meninggalkannya. Masih ada

    yang harus dia bicarakan dengan pak Mun.

    Daniah menurut saja ketika pintu

    mobil di buka oleh sekertaris Han. Dia masuk dan duduk.

    “ Kita mau ke mana sekertarsi han?”

    berharap laki-laki ini sudi menjawab. Walaupun tahu, dia tidak boleh banyak

    berharap.

    “ Kalau tuan muda saja tidak

    menjawab, memang anda berharap saya menjawab apa.” lihat kan, jawaban yang sama

    mengesalkannya dengan senyum tipisnya itu.

    Cih, Daniah melengos ketika Han

    menutup pintu dengan pelan. Saga sendiri sedang bicara dengan pak Mun. Daniah

    tidak mendengar dari kejauhan. Apalahi Han malah berdiri di depan pintu

    menutupi pandangannya.

    “ hei, sekertaris han. Berikan kode

    sedikit saja. Kita mau kemana? Aku sudah mulai takut nih.”

    Han menundukan kepalanya sebentar.

    Sambil melihat tuannya yang sedang bicara.

    “ Memang apa lagi yang anda

    takutkan, anda bahkan sudah mendapatkan cinta tuan muda.”

    Apa! kenapa dia semakin tidak bisa

    di ajak bicara begini si. Dasar sekertaris compleks.

    Han membukakan pintu ketiga Saga

    sudah berjalan mendekat.

    “ Maaf membuat mu menunggu.”

    “ Eh tidak apa-apa.”

    Sekarang dia bahkan segampang ini

    minta maaf padaku, menakutkan tidak si.

    “ kemari, mendekatlah. Perjalanan

    kita sangat panjang pagi ini.” Menjentikan tangan, supaya Daniah merapatkan

    duduk.

    “ Tidak apa-apa sayang. Aku juga

    belum lelah kok. Kita kan baru saja mau berangkat.”

    “ Aku bilang mendekat, kemarilah.”

    “ Ia, ia.” Daniah mengeser

    duduknya, sampai Saga melingkarkan tangan di pinggangnya.

    Cih, katanya kontrak sudah batal

    saat aku merobek surat perjanjian itu. Tapi aku tetap tidak boleh membantahmu. Eh,

    kamu bilang kalau aku berani membantah. Aku bisa membantah kan. Hei keberanian,

    di mana kamu. Munculah kalau di situasi semacam ini.

    “ Sayang, kita mau kemana?”

    bertanya serius. Sudah menyandarkan kepala dan memilih membelai dada saga

    pelan. Supaya di jawab.

    “ Tempat yang ingin kau datangi.”

    Dimana itu? Aku bahkan tidak ingin

    pergi ke mana-mana. Bagaimana dia bisa menyimpulkan aku ingin pergi kesuatu

    tempat.

    Perjalanan memakan waktu yang cukup

    lama. Setelah Daniah lelah di jahili tangan dan bibir Saga gadis itu tanpa sadar

    terlelap. Dia memiringkan tubuh dan memakai kaki Saga sebagai bantal kepalanya.

    Laki-laki itu mengusap kepala Daniah. Memainkan rambut gadis itu seperti yang

    sering dia lakukan.

    “ Kaki anda akan sakit tuan muda.

    Apa kita berhenti sebentar membei bantal. Maaf saya tidak menyiapkannya tadi.” Melirik

    sekilas spion.

    “ Sudahlah ini bukan apa-apa.

    kira-kira berapa lama lagi.” Mengulung rambut Daniah dengan jemarinya.

    “ Seharusnya kurang dari 45 menit

    kita sudah bisa sampai.”

    “ Kalau begitu terus saja, tidak

    perlu berhenti.”

    “ Baik.”

    Saga menyandarkan kepalannya ke

    kursi. Tangannya masih membelai kepala Daniah. Mengusap-usapnya agar gadis itu

    mimpi indah sepanjang perjalanan ini.

    “ Maaf sayang aku pasti ke enakan

    tidur. Kaki mu nyaman sekali si.” Memijat kaki Saga yang kram kerena tidak

    bergerak di pakainya sebagai bantal hampir 45 menit sepertinya.

    Kenapa juga tidak membangun kan ku

    si.

    “ Sudah keluar sana! Aku mau

    mengerakan kakiku.” Daniah merasa bersalah menurut dan turun dari mobil. Dia

    melihat sekelilingnya. Langsung dia menutup mulutnya sambil terperangah tidak

    percaya.

    Ini benar kan? Aku sedang di

    kampung halaman ibu.

    Daniah menatap Han sebentar yang

    masih berdiri di dekat pintu mobil yang terbuka. Saga sudah keluar dari mobil.

    “ Udaranya lumayan segar ya.” Saga

    menghembuskan nafas dalam. Menghirupnya perlahan.

    “ Sepertinya karena angin laut tuan

    muda.” Menatap lautan biru di sebrang jalan sana. Pantulan matahari di airnya

    yang biru. Langit pun cerah berwarna biru. Perpaduan alam yang sempurna.

    “ Sayang.” Daniah mengitari mobil

    mendekati Saga.

    “ kenapa? Tanggung jawab kau nanti

    memijatku semalaman ya.” Menunjuk kakinya.

    “ ia, ia baik. Aku akan melakukan

    apapun yang kamu mau.” Menghambur memeluk Saga. “ dari mana kamu tahu?”

    “ Apa?”

    “ Tempat ini, pantai ini.” Membentangkan

    tangan menunjuk lautan lepas di sana.

    “ Kenapa? Aku hanya ingin mengajak

    mu liburan ke sini. memang kau sudah pernah ke sini.” bertanya acuh.

    Apa! jadi dia hanya kebetulan

    mengajak ku kesini.

    Daniah kecewa dan melepaskan

    pelukannya.

    “ Sekarang kita mau kemana?”

    menyelesaikan urusan Saga terlebih dahulu. Daniah berfikir mungki dia bisa

    menyelinap pergi untuk mengunjungi makam ibunya nanti. Dia akan memohon pada

    sekertaris Han.

    “ Kemana lagi.” Menarik tangan

    Daniah agar mensejajarinya. “ Tentu saja mengunjungi ibu mertua ku.”

    “ Sayang.”

    Hah! Lagi-lagi Daniah hanya bisa

    menatap terkejut dan mengikuti Saga menarik tangannya. Sementara sekertaris Han

    berjalan di depan, sudah seperti tahu tempat ini saja. Saking senangnya dia

    bahkan tidak bisa mengatakan apa-apa. dan berjalan cepat mengikuti langkah kaki

    Saga.

    Terimakasih. Tuhan, apa aku tidak

    terlalu serakah, kalau aku mengatakan aku mencintai suamiku dan ingin selalu

    bersamanya. Seperti ini.

    Mereka berjalan ber iringan menuju

    tempat pemakamam umum, tidak butuh waktu lama untuk sampai di sana. Han sudah

    membawa bunga yang dia taruh di bagasi mobil. Sesampainya di pemakamam dia

    menyerahkan bunga-bunga itu pada Daniah dan saga.

    “ Sepertinya sudah ada yang datang

    kemari.”

    Saga meletakan bunga di atas makam

    ibu mertuanya. Daniah menyusul mengikuti apa yang di lakukan Saga.

    “ Itu pasti Raksa.” Daniah menoleh

    melihat suaminya. “ Setiap tahun dia selalu menemaniku kemari. Kemarin dia

    pasti mengantikan ku sendirian kemari.”

    “ Maaf.”

    Hah! Apa? kenapa minta maaf.

    “ Maafkan saya nona, saya yang

    tidak memberi tahu tuan muda kalau kemarin adalah hari peringatan kematian ibu

    anda.” Han maju dua langkah. Mengantikan Saga.

    “ Han.” Saga sudah mencegahnya bicara.

    “ Tidak tuan muda, ini semua salah

    saya.”

    “ Tidak. Kenapa kalian harus minta

    maaf. Sayang.” Daniah mengengam tangan Saga. Lalu mendekapnya dalam pelukannya.

    “Terimakasih sudah membawaku ke sini. aku tidak apa-apa kok. Walaupun lewat

    sehari, dua hari atau berapapun aku bersyukur bisa sampai di sini. terimakasih

    ya.”

    Ibu, dia suamiku. Saga Rahardian.

    Dia laki-laki yang mencintaiku, aku berjanji akan hidup dengan baik ke depannya

    bersamanya.

    Han mundur beberapa langkah

    menjauh. Membiarkan dua sepasang manusia itu melepaskan emosi mereka.

    “ Aku akan memindahkan makam ibumu

    ke makam keluarga ku.”

    Apa! ini berlebihan kan, kamu tidak

    perlu sampai melakukan itu.

    “ Tidak apa-apa sayang. Aku akan

    tetap berada di sampingmu seperti kemarin, dan aku bisa datang kemari selang

    beberapa hari.”

    Itu sudah lebih dari cukup. Seperti

    ini, sudah cukup bagiku.

    “ Kau tidak perlu menangisi ayahku.

    Kau bisa menangis untuk ibumu tahun depan dan tahun berikutnya. Dalam pelukanku.”

    Tidak merubah rencana awal yang sudah dia bicarakan dengan Han.

    “ Sayang. Terimakasih. Untuk semua

    kebaikan ini.”

    Selama berada di depan makan

    ibunya mereka bicara banyak hal, walaupun tidak terlalu banyak hal yang di ingat

    Daniah tentang ibunya. Namun samar dia bisa mengingat sentuhan lembut di

    kepalanya saat wanita itu mengantarkannya tidur. Saga pun bercerita beberapa

    hal tentang hidupnya. Tentang kenangan bersama ayahnya. Laki-laki hebat yang

    akan selalu menjadi bagian penting dalam perjalanan hidupnya.

    Setelah selesai di depan makam,

    Saga mengajak Daniah mengunjungi keluarga dari

    ibunya. Walaupun merasa canggung, karena sejujurnya kalau dia dan Raksa pulang

    setahun sekali dia pun jarang mampir mengunjungi keluarga ibunya. Mereka

    seperti terputus ikatan.

    Dari mana mobil-mobil ini!

    Lagi-lagi Saga menunjukan kalau dia

    bisa melakukan apapun yang dia inginkan. Dua buah mobil boks menurunkan banyak

    sekali bahan makanan dan juga buah-buahan di halaman rumah paman Daniah.

    Seluruh keluarga yang berkumpul terperangah melihat apa yang diturunkan dari

    mobil. Bahkan ada pakaian, tas dan juga sepatu. Yang semuanya terpisah dalam

    boks-boks besar.

    Apa-apaan ini. Dia mau menunjukan

    kalau dia suami yang keren ya.

    “ Sayang.”

    Saga menarik lengan Daniah. Untuk

    mendekat ke arahnya. “ Selamat siang semuanya. Perkenalkan, saya suami

    keponakan cantik kalian.” Daniah bersemu merah malu sendiri mendengar perkataan

    Saga.

    Tapi hari itu Daniah mendapatkan

    perlakuan istimewa, bahkan dari orang-orang yang sudah lupa akan namanya. Sekali

    lagi Saga memberikan banyak hal yang sudah berlarian pergi dari hidup Daniah.

    Bau ibunya seperti tercium dari tawa keluarganya. Daniah merasa bahagia untuk

    kesekian kalinya, memiliki Saga di sampingnya.

    Mereka menyusuri bibir pantai

    bergandengan. Saga sudah mengulung celananya sedikit. Sudah memakai sandal yang

    di beli Han di warung kecil di dekat pantai.

    “ Terimakasi sayang. Terimakasih

    untuk hari ini. Rasanya beribu kali aku mengatakannya tidak akan cukup membayar

    semua yang kau lakukan hari ini.”

    Saga mengangat tangan mereka yang

    tergengam, lalu mencium bagian tangan Daniah.

    “ Kalau kau tahu, berterimakasilah

    dengan benar dengan seluruh hati dan jiwamu seumur hidup mu.”

    Cih, bisa tidak si menjawab dengan

    kalimat romantis. Tapi memang seperti inilah dirimu ya. Aku mencintaimu yang

    seperti ini.

    Mereka menghentikan langkah. Daniah

    menghadap Saga dan memeluknya. Membenamkan wajahnya dalam pelukan laki-laki

    itu. Wajahnya hanya sampai dadanya Saga.

    “ Terima kasih sayang. Untuk semua

    hal sudah ku terima darimu.” Mendongakan wajah. Pandangan mereka bertemu. “ Aku

    mencintaimu sayang, suamiku Saga Rahardian.” Untuk pertama kalinya Daniah

    mengatakan mencintai Saga tanpa di minta laki-laki itu.

    Wajah bahagia Saga tidak bisa

    ditutupi. Dia langsung mencium bibir Daniah. Diantara baground lautan yang biru

    mereka berciuman sangat lama. Daniah menjinjitkan kedua kakinya untuk mengimbangi

    tubuh tinggi Saga.

    Tidak apa-apa kan aku mengambil

    foto mereka sekarang. Sepertinya tuan muda akan senang. Dia bisa memakainya

    nanti untuk layar hpnya. Menganti foto nona yang terbalik dengan rambut terburai

    itu.

    Dengan tidak tahu malu, Han

    mengeluarkan hpnya.

    Epilog :

    “ Bulan madu! Mau. Mau.” Tidak tahu

    kenapa sepertinya akan sangat menyenagkan. Mereka sudah berada di dalam mobil

    kembali ke kota. Daniah bicara banyak sekali tentang bulan madu dalam

    rencananya. Membuat Saga kesal.

    “ Sudah diam! jangan merengek.”

    Saga menutup mulut Daniah yang masih merengek. “ Berhenti memberi ide tentang

    bulan madu rakyat jelata. Kali ini aku yang tentukan temanya.” Meraih dagu

    daniah. “ kau bisa memilih tema bulan madu kita selanjutnya setelah ini.”

    Apa! memang kau mau bulan madu

    berapa kali.

    “ Han, siapkan semuanya minggu

    depan.”

    “ Baik tuan muda.”

    Apa segampang itu.

    “ Apa ada tempat yang ingin anda

    kunjungi nona.” Han bertanya.

    “ Apa ya, sepertinya menyenangkan

    bermain air dan menyelam di laut.”

    Cih

    Apa! kenapa kau mendengus. Memang

    kau mau bulan madu hanya tinggal di kamar.

    “ Anda mau ke luar negri apa dalam

    negri saja.”

    “ kenapa kau malah bicara padanya.”

    Menarik Daniah agar menempel padanya. “ Han jangan bertanya lagi. Siapkan saja

    semuanya. Aku percaya padamu.”

    “ Baik tuan muda.”

    Han kembali fokus mengemudi, sambil berfikir destinasi tempat bulan madu paling populer di negara ini. Sampai dia benar-benar tidak mendengar suara-suara dari kursi belakang. padahal keduanya sudah berisik.

    “ Sayang sepertinya akan

    menyenagkan kalau kita.” masih kekeh ingin bulan madu versi rakyat jelata.

    “ Sudah diam.” Menutup mulut Daniah

    dengan bibirnya. Dia tidak melepaskan sampai Daniah menganguk tidak akan bicara. Gadis itu tersengal.

    " Aku akan diam sayang, jadi kamu juga diam."

    Membuat Saga diam sepertinya itu mustahil.

    " Kamu mau punya anak berapa? ayo fokus membuatnya saat bulan madu."

    Apa! Tidak mau!

    Han hanya bisa tersenyum mendengar pertengkaran dari kursi belakang.

    Tamat

    ????Terimakasih untuk semua orang yang ku sayangi

    ????Terimakasih untuk semua pembaca novel terpaksa menikahi tuan muda tanpa terkecuali, semoga kalian selalu bahagia.

    ????sampai jumpa lagi

Novel