Chapter 170 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 170

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-07-29

Saat itu adalah masa remaja. Dunia

    yang menyenangkan. Siklus kehidupan yang konon katanya paling membahagiakan.

    Masa apa itu? Jawabannya adalah masa SMU. Saat kalian tidak perlu pusing tentang kehidupan,

    selain PR, bangun pagi, guru killer dan upacara bendera dengan kewajiban

    memakai atribut lengkap. Hari-hari adalah tentang sekolah, rumah dan

    menghabiskan waktu dengan hobi masing-masing. Ngemil kuaci ramai-ramai sambil

    membahas seisi kelas. Dari yang asik sampai orang-orang normalnya.  Bisa juga ngedrama ramai-ramai di kamar salah

    satu teman yang dirasa paling kaya, karena biasanya kamarnya besar dan punya

    stok camilan.

    Seperti  itu pula Daniah menjalani masa remajanya.

    Berteman dengan ceria dengan semua orang. Dia selalu menyimpan wajah murung

    ketika  melewati pintu gerbang rumahnya.

    Setelah melewati gerbang sekolah wajahnya selalu full ceria dan senyuman.

    Di SMU dia sudah mulai belajar,

    bahwa apapun yang dia lakukan akan dipandang sebelah mata oleh ayah dan ibunya.

    Hingga dia tidak pernah berharap lebih. Semenjak SMU Daniah mulai belajar untuk

    mengatur setiap rupiah uang jajannya. Diapun tidak malu mulai belajar menjual

    aksesoris ataupun binder-binder dengan gambar lucu-lucu. Begitulah dia

    menjalani masa SMU.

    Masa kalian mulai menata mimpi dan

    merencanakan impian kalian. Ada banyak rencana hidup yang di tulis Daniah di

    catatan hariannya. Muaranya hanya satu, hidup mandiri. Dia bahkan mulai

    menabung sedikit demi sedikit untuk biaya kuliahnya. Sedari awal ibu tirinya

    sudah bicara. Jangan bermimpi tentang biaya kuliah dari kami. Kalau kau mau

    kuliah carilah uang sendiri. Kami mempersiapkan semuanya untuk adik-adikmu.

    Hingga tak mungkin bermimpi lebih jauh lagi, kalau mengandalkan orangtuanya. Walaupun ayahnya masih membisu dan belum mengambil keputusan apa-apa. Karena kalau hanya kuliah di dalam negri untuk membiayai tiga orang Daniah merasa keluarganya masih sangatlah mampu dari segi finansial. Tapi karena ibu tirinya, dia jadi tidak pernah berharap lebih.

    Baiklah Daniah, hidup memang harus

    bekerja keraskan. Jangan pernah menoleh kebelakang lagi. Tegakan kepalamu dan

    semangatlah. Walaupun ibu tidak mau membiayai kuliahmu, kau masih bisa mencari

    uang dan mengejar mimpimu sendiri. Begitulah dia siang dan malam menyemangati

    dirinya.

    Bekerja di perusahaan besar, dengan

    gaji tiga kali lipat yang bisa di berikan perusahaan ayahnya. Ini akan menjadi

    modal awalnya untuk hidup. Tidak pernah berharap sedikitpun untuk masuk ke

    perusahaan ayahnya.

    Pagi itu dia kembali melewati pintu

    gerbang sekolah dengan ceria. Tepat berpapasan dengan teman dekatnya Ve yang baru

    turun dari mobil bersama ayahnya yang mengantar. Ve mencium tangan ayahnya sebelum keluar dari mobil. Masih melambaikan tangan seperti anak SD yang diantar sekolah orangtuanya.

    Manisnya mereka.

    “ Niah! Kemari! Tapi jangan kaget

    ya.” Sahabatnya langsung melingkarkaan tangan di lengan Daniah mendekatkan

    mulutnya ke telinga Daniah. Membuat gadis itu merinding geli.

    “ Jangan sembarangan.” Mendorong

    wajah temannya menjauh.

    “ Sumpah! Ini info valid dari sumber

    yang bisa di percaya. Niah, diakan berandalan sekolah. Guru-guru saja menutup

    mata dengan semua kelakuannya bagaimana ini?” Dia panik sendiri, sambil

    mempercepat langkah karena bell masuk sudah berdentang. Anak-anak yang lain

    berlari, beradu cepat dengan penjaga sekolah yang mulai berjalan ke gerbang.

    Kalau dia sudah menutup gerbang, tamatlah riwayat.

    Hei, sembarangan juga ada tempatnya

    donk. Kenapa juga aku jadi target cintanya yang berikutnya. Memang apa yang

    dilihatnya dariku.

    “ Memang sudah tidak ada murid

    wanita populer di sekolah ini yang mengejarnya sampai dia mengalihkan sasaran

    sama aku. Sudahlah Ve, jangan banyak bergosip sepulang sekolah. Pulang dan kerjakan PR mu, kamu banyak bergosip siang-siang setelah aku pulang ya?” Daniah masih

    berfikir itu hanya gosip tidak penting. Mana mungkin berandalan sekolah

    (versinya dan kawan-kawannya), atau pangeran sekolah versi siswa-siswa lainya

    menargetkan orang sepertinya.

    “ Beneran Niah. Anak-anak dengar

    dia bicara tentangmu. Dia sudah membuat pengumuman kalau kamu pacarnya.”

    Gila apa! bicara denganku empat

    mata saja tidak pernah. Pacaran dari mana.

    “ Sudahlah. Lagipula apa si yang

    dia liat dari aku.” Sudah sampai di kelas dan duduk. Teman Daniah langsung

    menyentuh bahu dan memutar tubuh Daniah menghadapnya. Dia terlihat berfikir

    keras sambil mulutnya manyun.

    “ Kamu kan manis. Apalagi rambutmu.

    Haha.” Tawanya mengandung sarkas.

    “ Mau mati ya?” sambil mengepalkan

    tangan tepat di depan wajah sahabatnya.

    “ Haha, tidak ampun. Tapi rambutmu

    memang lucu si. Coba lihat.” Gulung-gulung, dia sudah mengulung rambut Daniah

    di jarinya dengan tertawa.

    Ya, ya terserah. Lakukan sesukamu.

    Guru yang masuk menyelamatkan

    rambut Daniah.

    “ Daniah! Kak Haksan memanggilmu”

    Daniah langsung menjatuhkan sendok di tangannya. “ Pergilah temui dia di tempat

    dia biasanya berkumpul bersama para pengikutnya.”

    “ Jangan bercanda.”

    Sipengantar pesan loncat-loncat

    sambil mencengkram tangannya sendiri. Panik. “Ku mohon, dia pasti memukulku

    kalau kamu tidak pergi.”

    “ Niah, jangan pergi.” Ve di

    sampingnya menarik tangannya kuat. “ Benarkan yang aku bilang, kamu target

    selanjutnya.”

    Wajah Daniah terlihat serius. Dia

    menatap si pengantar pesan dan teman baiknya  Ve bergantian. “Tapi dia bisa kenapa-kenapa

    kalau aku tidak datang. Sudahlah, jangan kuatir. Aku juga penasaran maunya apa.”

    “ Niah, terimakasih ya. Kamu memang

    malaikatku.” Si pengantar pesan  Refleks

    memeluk Daniah.

    “ Ia, ia sudah. Kenapa kamu juga

    bisa jadi pengantar pesan si.”

    “ Katanya karena aku temanmu.”

    Sial! Dia benar-benar tau

    kelemahanku.

    Setelah menghabiskan makan siang

    Daniah pergi menuju tempat yang di sebutkan. Sengaja menuju waktu sebelum bell

    istirahat berakhir. Dia akan memakai tanda itu untuk kabur, jika suasana mulai

    tidak bisa dikondisikan. Ve yang memaksa mengikutinya dia cegah. Mengantisipasi kemungkinan terburuk yang bisa terjadi.

    Dia Haksan. Pangeran sekolah sekaligus berandalan sekolah. Dia siswa dari orang terkaya satu sekolah. Siapapun tahu, kalau ayahnya adalah penyokong dana terbesar di sekolah. Dia berkencan dengan siapapun yang dia sukai. Parahnya para siswa setuju saja saat dia mengumumkan siapa nama pacarnya. Tanpa protes, karena dengan menjadi pacarnya mereka bisa mendapat fasilitas premium yang diimpikan semua wanita.

    Dan kenapa harus aku! memang dia pernah melihatku dimana si? Dia mau apa!

    Daniah melihat segerombolan siswa

    sedang duduk mengelilingi Haksan. Tidak tahu apa yang dia ceritakan, tapi semua

    tertawa kalau laki-laki itu tertawa. Saat dia diam semua juga diam mendengarkan

    dengan khidmat. Ada siswa laki-laki dan perempuan. Semua yang ada di

    sekelilingnya adalah siswa populer. Daniah nyaris bisa menyebutkan setiap

    nama-nama mereka saking terkenalnya mereka di kalangan para siswa.

    Haksan langsung berdiri saat

    melihat Daniah mendekat.

    “ Kau sudah datang? Duduklah, aku

    sudah menunggumu.” Tidak canggung sama sekali. Dia benar-benar pro dalam hal

    beginian rupanya.

    Hei, apa yang kau lakukan

    berandalan gila.

    Haksan menarik tangan Daniah,

    orang-orang yang tadi mengelilinginya juga menyingkir memberi jalan.

    “ Kenapa lama sekali?” keduanya

    sudah duduk. Sementara Daniah masih binggung, dan yang lain melihatnya seperti

    tontonan penuh kekaguman. Ntahlah apa isi kepala mereka. Mungkin mencela atau

    kagum. Bagaimana orang sepertinya bisa terpilih menjadi target cinta pangeran

    sekolah.

    “ Maaf, aku menghabiskan makan

    siangku dulu tadi.”

    Yang lain langsung tertawa

    mendengar jawaban Daniah.

    Kenapa si? Kalian gila ya, kenapa

    kalian tertawa hanya karena laki-laki ini tertawa.

    “ Maaf kak, bisa kita bicara berdua

    saja.”

    “ Aaa, baiklah kau malu ya.” Haksan

    mengusir semua orang. Dan mereka semua benar-benar pergi. “ Kau akan terbiasa

    dengan mereka nanti.”

    Hei tunggu, tuan muda, aku tahu kau

    seenaknya. Tapi kau sudah menyimpulkan apa sebenarnya. Kalau aku wanitamu.

    “ Maaf kak, kenapa kenapa memanggil

    saya kemari?”

    Dan sejak kapan kita saling

    menyapa, kenapa kamu sudah sok kenal, sok dekat dan sok akrab begini. Sudah

    berasa aku ini pacarmu saja.

    “ Aku sudah memproklamirkan kalau

    kamu sekarang sudah jadi pacarku ke seisi sekolah.”

    Hah! Gila ya!

    “ Maaf kak, sepertinya aku tidak

    pernah menyetujui apapun.”

    Haksan terlihat terkejut dengan

    kata-kata Daniah. Lalu dia tertawa setelahnya. “ Memang aku perlu persetujuanmu

    kalau kita mau pacaran.”

    Hah!

    “ Biasanya siapapun yang aku tunjuk

    sebagai pacarku mereka selalu senang dan tidak pernah prostes. Mereka malah

    sangat bersyukur.”

    “ Kalau begitu pilih saja salah

    satu dari mereka.” Daniah mencengkram tangannya, berdoa laki-laki di depannya

    tidak tersinggung dengan ucapannya.

    “ Apa!”

    Tepat bell berbunyi. Perhitungan

    Daniah memang tepat. Dia bisa selamat.

    “ Maaf kak sudah bell, saya harus

    masuk.” Kaki Daniah yang mau melangkah sudah tertahan. Karena kaki panjang

    Haksan terulur di depannya.

    “ Memang siapa yang mengizinkanmu

    pergi?” Mendongak kepala, senyum di wajahnya sudah sirna.

    “ Sudah bell kak.”

    “ Aku akan mengantarmu ke kelas,

    tidak akan ada yang berkomentar walaupun kau terlambat masuk kelas sekalipun.”

    Menarik tangan Daniah untuk duduk kembali. “ Kenapa? Kau menolak jadi pacarku.”

    “ Ia.” Jawaban tegas Daniah yang

    membuat dirinya sendiri terkejut. “ Maaf kak, aku sudah punya pacar.”

    “ Hahaha.” Haksan tertawa keras

    mendengar perkataan Daniah. “ Hei Niah, kau tidak bisa mencari alasan yang

    lebih masuk akal.”

    Apa! memang kau tau kalau aku

    membual.

    “ Sepulang sekolah kau bahkan kerja

    paruh waktu. Di akhir pekan juga, kau sedang mengumpulkan uang untuk kuliahkan?

    Lalu kapan kau pergi pacaran, apa dengan salah satu teman kerjamu.”

    Bagaimana kau tau?’

    “ Tentu saja aku tahu. Itu namanya

    totalitas dalam mencintai.” Langsung menjawab seperti tahu arti dahi berkerut

    Daniah.

    Totalitas dalam mencintai kepalamu.

    Itu stalker namanya, penguntit gila, itu tindakan kriminal tahu!

    “ Maaf kak sepertinya kak Haksan

    salah informasi. Aku masih punya keluarga yang bisa membiayai ku kuliah kenapa

    aku harus susah-susah mengumpulkan uang.” Berkelit dan mencari alasan senormal mungkin.

    “ Benarkah, apa ibu tirimu juga

    berpendapat demikian.”

    Daniah langsung membeku.

    Bagaimana dia tahu. Dia benar-benar

    penguntit gila.

    bersambung

Novel