Chapter 184 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 184

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-07-21

Belum  lima menit sepertinya  mobil berhenti di area parkir. Mesin mobil

    masih dibiarkan menyala. Saat Han menolehkan kepalanya melihat penumpang yang

    duduk di kursi depan. Terlelap dengan kepala miring ke kanan. Sama sekali tidak

    menyadari ataupun terjaga, kalau sudah sampai tujuan.

    Bisa-bisanya dia tertidur di mobil,

    bersama laki-laki lagi. Apa dia pikir aku suaminya sampai merasa senyaman itu?

    Han terpaku sebentar memandang

    wajah yang masih tengelam dalam mimpi itu. Dia bergumam, apa yang sedang

    diimpikan Aran sebenarnya, kenapa wajahnya sampai berkerut begitu. Han seperti

    melihat Aran ketakutan dari ekspresi wajahnya. Tapi dia biarkan saja gadis itu,

    tidak ingin membangunkannya.

    Sekarang, dia juga memilih bersandar

    ke kursi mobilnya. Menunggu. Menghela nafas dalam sambil merebahkan kepalanya

    nyaman. Diapun tengelam dengan pikirannya sendiri. Hari ini, untuk pertama

    kalinya tidak ada tuan muda dan Antarna Group yang gentayangan di kepalanya.

    Dia melirik lagi seraut wajah berkerut yang sedang terlelap itu.

    Apa kata-kataku berlebihan tadi?

    Dia langsung membisu dan tidak berani bicara apapun lagi. Huh! Sejak kapan aku

    perduli dengan perasaannya.

    Han mendesah lagi. Membawa Aran ke

    dekat nona mudanya juga adalah sesuatu di luar kebiasaanya. Di Antarna Group

    dia bisa mendapatkan pengawal wanita selevel Aran dengan mudah. Yang jauh

    lebih jago bela diri, dan pasti jauh lebih patuh dan tahu aturan main yang dia

    pakai. Tapi kenapa? Dia malah memilih gelandangan di depannya ini. Gadis

    bangkrut yang nyaris tidak tersisa uang di rekeningnya. Seseorang yang harus

    mati-matian bertahan hidup dengan menulis novel dan kerja part time. Ya, kenapa

    dia memilih Arandita ketimbang yang lainnya.

    Cih memang apa alasannya?

    Walaupun berusaha menemukan alasan

    masuk akal, tapi yang lahir malahan hanyalah alasan mengada-ada yang sengaja

    dia buat sendiri.

    Pertemuan di toko buku memang

    sesuatu yang tidak pernah dia duga sebelumnya. Saat melihatnya lagi setelah

    sekian tahun. Kebencian karena penghianatan, kebencian karena merasa tertipu

    mengoyak harga diri Han. Hingga dia menahan gadis itu. Membuat segala upaya

    agar ikatan takdir rumit antara mereka terjalin lagi.

    Hah! Apa aku benar-benar yang ingin

    mengikatnya. Dan apa itu tadi, apa dia benar-benar setiap hari melihat fotoku.

    Dasar bodoh!

    Han ingin menginjak Aran sekaligus

    ingin melihat gadis itu berdiri menantang. Ntahlah, dia sendiri tidak tahu.

    Membawanya kepada nona mungkin hanya sekedar alasan karena ingin melihatnya

    saja.

    Tapi tunggu, mau sampai berapa lama

    dia tidur!

    Saat melihat jam tangan yang

    melingkar dipergelangan tangan, sepertinya sudah lima belas menit berlalu.

    “ Hei bangun! Aran!” Han menyentuh

    bahu Aran dan mengoyangkan tangannya kuat. Menguncag tubuh gadis itu. Dia

    mengeliat memberi reaksi. Semakin cepat tangan itu menguncang.

    “ Maaf, maafkan saya tuan!” Aran

    mengerjapkan mata terkejut. Apalagi saat melihat tangan yang sedang di

    gengamnya erat. Dia menjatuhkan tangan itu cepat. Melihat situasi

    sekelilingnya. Wajah Han terlihat terkejut juga, merasa  dia berlebihan

    membangunkan sampai melihat wajah syok dan binggung Aran.

    Mobil, aku dimana memang?

    “ Maaf tuan saya tidak bermaksud

    menyentuh tangan tuan.” Menyadari kalau dia sudah mengibaskan tangan sekertaris

    Han tanpa sadar.

    Kenapa aku bisa mengengam

    tangannya? Apa yang kulakukan saat aku tidur tadi?

    “ Enak sekali kau tidur sambil

    bekerja.”

    “ Maaf.”

    Han keluar tanpa mendengar apa yang

    dikatakan Aran selanjutnya. Gadis itu mengikuti dengan cepat keluar dari mobil,  menutup mulutnya yang menguap. Sambil

    beberapa kali mengucek mata dan membersihkan kantuk di matanya. Terkejut saat

    mengenali tempat di mana dia berada sekarang.

    Apa balas dendam yang kemarin belum

    selesai? Mereka menakutkan sekali si. Apa yang mau dilakukan tuan Han di sini sekarang?

    Tiba-tiba merasa takut harus

    melakukan atau melihat tindakan apapun yang di lakukan Han. Aran menyentuh

    lehernya lagi, serasa sesak. Mimpinya barusan seperti baru saja terjadi

    kemarin.

    Mereka sudah berada di area parkir

    pertokoam tempat di mana Aran menghabiskan hampir separuh harinya dengan

    ketengangan duduk di klinik kesehatan bersama nona mudanya. Saat ini untuk apa

    lagi dia kemari. Aran mencari-cari Arah di mana letak kafe yang jadi pusat

    perkelahian kemarin.

    Itu dia, tempat itu terlihat normal.

    Dari kejauhan kafe yang kemarin

    porak poranda sudah terlihat normal. Pelanggan sudah terlihat keluar masuk.

    Tidak terlihat kalau kemarin tempat itu sudah terjadi kekacauan sama sekali.

    Sekertaris Han benar-benar bekerja dengan sangat sempurna untuk semua hal. Aran

    tidak tahu campur tangan laki-laki di sampingnya sejauh apa, tapi dia yakin,

    keberlangsungan kafe hari ini pasti karena campur tangannya.

    “ Tuan, kenapa kita kemari lagi?”

    Aran menunjuk kafe. “ Kita tidak akan menuntut balas masalah kemarinkan?’

    Ku mohon, katanya tuan Saga sudah

    tidak marah hari ini. Kenapa kita ada di sini sekarang?

    “ Apa yang kau pikirkan?”

    menjentikan jari ke kening Aran. “Bangun! Kau masih tidur ya?”

    Aaaa, sakit.

    “ Tuan.” Pikirannya masih menjurus

    ke situ. Kedatangan hari ini masih ada hubungannya dengan pembalasan dendam

    kemarin.

    “ Toko mana saja yang nona datangi

    kemarin?” Pertanyaan Han semakin membuat Aran merinding takut.

    Hah! Memang kenapa? Apa itu jadi

    masalah juga?

    Aran masih berdiri mematung tidak

    menjawab ataupun bereaksi. Dia masih tengelam dengan kebingunggannya sendiri.

    Benarkah dia harus menjawab. Kalau sampai terjadi dengan pemilik toko atau toko

    mereka bagaimana. Inikan bukan salah mereka nona belanja di sana.

    Tapi ini jugakan bukan salah nona

    Daniah.

    “ Kau tidak dengar yang kukatakan,

    tunjukan toko yang didatangi nona kemarin?” Mengulangi kata-katanya dengan

    tegas, karena Aran masih mematung diam.

    “ Untuk apa tuan? Tuan tidak akan?”  Ntahlah sehabis bermimpi tentang masa

    lalunya, ketakutannya pada laki-laki ini naik beberapa level dari biasanya. Dia

    benar-benar melihat Han seperti baru saja yang dia liat dalam mimpi yang

    mengejarnya. Lehernya bahkan terasa nyeri kalau ingat lagi.

    “ Kenapa? Memang apa yang kau

    pikirkan?”

    Aku berfikir kau akan menghancurkan

    semua toko yang di masuki nona kemarin dengan tanganmu sendiri.

    “ Tuan muda mau membelikan nona

    hadiah, karena kalau menilik dari sifat nona dia pasti tidak membeli apapun

    untuk dirinya sendiri kemarin.” Han mulai berjalan sambil melihat-lihat nama

    toko yang tertera. Aran mengikuti dengan cepat.

    Hah! Bagaimana dia bisa tahu. Aku

    saja sampai tercengang karena sebanyak itu belanjaan nona tidak ada satupun

    yang dia beli untuk dirinya sendiri.

    “ Sekarang kau paham, levelmu masih

    sangat jauh dibandingkan dengan dengan nona Daniah.” Berjalan terus, sambil

    bicara kata-kata sindiran tajam.

    Apa! memang kapan aku membandingkan

    diriku dengan nona. Ya, aku membandingkan rambutku saja si yang sama. Kebaikan

    dan keberuntungan kami bagi bumi dan langit.

    “ Ayo jalan, tunjukan jalannya.”

    Menarik tangan Aran dalam gengamannya. Gadis itu terperanjak kaget, melihat

    tangannya. Tapi dia tidak menepis atau melepaskannya.

    “ Baik tuan.” Dari pada mendengar

    ocehan menyakitkan sekertaris Han lebih baik jalan saja pikir Aran.

    Mereka keluar masuk toko seperti

    yang ada diingatan Aran. Menunjuk benda-benda yang di beli nona Daniah dan juga

    yang ditunjuknya. Ingatan tajam Aran benar-benar berguna di situasi seperti

    ini. Dia tidak melewatkan satupun toko dan benda yang dibeli Daniah. Dia bahkan

    bisa dengan mudah menyebutkan untuk siapa benda-benda itu di beli.

    “ Nona juga membelikan tuan Saga

    sesuatu di toko ini.”

    “ Ayo masuk.”

    “ Tapi tuan, apa tuan benar-benar

    mau masuk?”

    Han berhenti dan melihat etalase

    toko dan beberapa foto yang terpasang di depan pintu. Dia merinding sendiri

    melihatnya. Toko ini  memakai warna pink cerah, untuk semua ornamen dekorasi. Bahkan kaca tembus pandangnya menunjukan apa saja barang yang ada di dalamnya. Dan semua bernuansa warna pink muda yang mengetarkan jantung sekertaris Han.

    “ Apa nona benar-benar membeli

    hadiah tuan muda di sini?” Menunjuk toko tidak percaya.

    “ Ia, nona tertawa jahat si waktu

    memilih piyama couple kemarin.” Aran masih bisa tertawa sambil menutup mulutnya. Pristiwa kemarin melintas lagi.

    Hah! Aku bisa membayangkan bagaimana

    reaksi tuan muda dengan hadiah nona yang kekanakan.

    “ Ayo jalan. Semua sudah selesai.” Memutuskan untuk sama sekali tidak menginjakan kaki ke toko yang terakhir.

    Aran berjalan tergopoh dengan semua

    tas belanjaan di tangannya.

    Kenapa sepertinya tasku lebih

    banyak dari punya dia si, dia sengaja ya!

    Memandang kesal punggung laki-laki

    di depannya.

    “ Tuan apa saya boleh membeli

    sesuatu juga.” Berlari mensejajari langkah sekertaris Han.

    “ Belilah, tapi pakai uangmu

    sendiri.” Aran yang tadinya sudah mau senang sudah mengkerutkan mulut.

    Dasar pelit, gumam-guman tidak

    jelas.

    “ Kau bilang apa?”

    “ Tidak tuan kita sudah selesai,

    sekarang kita sudah bisa kembali.”

    “ Kau boleh membeli dua barang yang

    kau inginkan.” Menyodorkan kartu ke tangan Aran yang penuh belanjaan. " Aku tunggu di sana." Han menunjuk sebuah kedai kecil menjual jus buah.

    “ Benarkah? Terimakasih tuan.”

    “ Aku akan memotong dari gajimu.” Sambil berlalu meninggalkan Aran.

    “ Apa! Kalau begitu aku tidak jadi

    beli.” Menyodorkan kartu yang baru dia terima. Itu sama saja utangkan, gila apa, mending aku tidak belanja daripada harus menumpuk hutang pikir Aran.

    “ Kalau kau tidak beli aku tetap

    akan memotong gajimu dua kali lipat." Seringai penuh kepuasan muncul di sudut bibir Han.

    “ Hei tuan kenapa?” Protes keras.

    “ Karena kau tidak menghargai

    kebaikanku.” Benar-benar berlalu meninggalkan Aran.

    Hah! Apa! masuk akal tidak si orang

    beginian. Untung saja dia tampan jadi sombong dan angkuhnya masih bisa sedikit

    dimaafkan.

    Terserahlah, daripada dipotong gaji dua kali lupat Aran memilih berlari menuju toko yang tadi dia masuki. Ada benda yang sangat dia ingin beli kemarin, hari ini dia juga masih melihatnya. Kemarin dia merasa tidak enak kalau nona mudanya yang membelikan, karena benda yang dia inginkan lumayan mahal harganya.

    Selesai belanja dan memasukan semua

    barang dalam bagasi, Aran meneguk jus segar yang dibeli sekertaris Han di

    sebuah kedai kecil tadi. Sambil masuk dan duduk di dalam mobil.

    “ Kau sudah selesai?” sudah berdiri di luar mobil.

    “ Apa? memang kita mau kemana

    lagi?”

    “ Ikut aku.” Tidak menjawab apa-apa.

    Aran hanya pasrah mengikuti langkah kaki sekertaris Han yang ntah mau

    membawanya kemana.

    Klinik kesehatan tempatnya kemarin

    menghabiskan hampir separuh waktunya.

    “ Tuan, kenapa kita kemari?”

    “ Masuk!” dia sudah membukakan

    pintu, Aran masuk sesuai perintah. “ Biar dokter memeriksa luka di sikumu.”

    Aaaaaa, apa! curang! Kenapa kau

    perhatian begini setelah menindasku dengan kata-kata kejam tadi.

    Epilog

    Dalam perjalanan pulang selesai cek up siku, semua membaik dengan cepat karena Aran cukup disiplin merawat lukanya. Mobil melaju cepat memecah jalanan.

    " Tuan, saya akan menghapus semua foto-foto di laptop saya. Anda bisa memeriksanya untuk memastikannya." Bicara pelan-pelan.

    " Kenapa?"

    Hah! Kenapa? Kenapa tanya lagi si, terus aku musti jawab apa?

    " Maaf sudah memakai foto tuan tanpa izin, saya janji akan menghapus semuanya tanpa sisa. satupun tidak akan saya sisakan."

    " Kenapa? Kau malu punya hobi aneh memandangi foto laki-laki."

    Haha, aku ingin membunuhnya. Boleh tidak si aku memukul bahunya itu dengan jurus mematikan.

    " Aku mengizinkanmu memakai foto-foto itu, tapi pastikan hanya kau yang melihatnya."

    " Hah! Kenapa?"

    Krik, krik hening seketika, Han tidak ada niatan menjawab, dia malah melajukan kecepatan mobilnya.

    Dia ini kenapa si!

    Bersambung

Novel