Chapter 202 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 202

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-05-10

Jen berusaha menutupi wajah

    terkejut dan malunya dengan sedikit cemberut dan manyun. Daniah sampai

    tersenyum sendiri melihat kelakuan adik iparnya itu. Dia bilang sudah bisa

    melepas Raksa karena tahu pacar Raksa orang yang keren. Tapi sepertinya tidak

    semudah itu hatinya berpaling dan mengubur perasaannya. Ya seperti itulah hati,

    kadang wajah mantan saja masih sering mampir, apalagi ini baru sebatas gebetan.

    Tentunya masih sering terngiang-ngiang.

    “ Kenapa tidak bilang kalau mau

    menemui kakak ipar. Kitakan bisa pulang bareng. Kamu tidak dipersulit di

    gerbang depankan? ” Jen duduk nimbrung tanpa di minta di saat adik dan kakak

    sedang melepas rindu mereka, dia sudah berperan menjadi pemeran utama. “ Maaf

    ya, mereka kadang memang sedikit berlebihan.” merasa prihatin.

    “ Haha. Gak papa kok, merekakan

    hanya menjalankan prosedur.”

    Walaupun aku agak takut kalau tidak

    diizinkan masuk tadi.

    “ Dan lagi, kitakan gak ada ketemu

    tadi di kantor, bahkan saat makan siangpun Jen makan dengan teman

    perempuankan.”

    Karena aku mau menghindarimu

    sedikir demi sedikit, hiks makanya aku begitu. Perebut laki-laki orang itu

    adalah kelakuan paling hina yang bisa di perbuat perempuan. Cih, aku jadi

    terngiang-ngiang dengan kutipan-kutipan bijak yang sering di sebutkan Sofikan.

    “ Sudahlah, lagian kalian bertemu

    jugakan di sini.” Daniah melerai, tidak mau Jen mulai bicara dengan penuh

    dramatisasi lagi. Alih-alih menutupi diri, dia malah bisa keceplosan

    perasaanya. Yang pasti hanya akan membawa keduanya pada situasi tidak nyaman.

    Terlebih bagi Raksa, dengan karakternya yang serba tidak enakan.

    Pak Mun mengetuk pintu lalu muncul

    membawa makanan dan minuman, dia langsung meninggalkan ruangan ketika melihat

    Jen juga bergabung di sana. Dia merasa tugas pengawasannya tidak di perlulan

    lagi. Nona mudanya pasti akan menjaga sikap pikirnya.

    Daniah menunjukan foto-foto yang di

    ambilnya di pulau pada saat bulan madu, cerita yang terjadi selama di sana di

    kunci rapat dari mulutnya. Tidak ada yang tahu kejadian sebenarnya di pulau

    kecuali mereka yang terlibat di sana, dan diantara mereka menutup rapat. Jen

    seperti bocah yang ikut ambil bagian, nimbrung tidak pada tempatnya. Walaupun

    dia tidak berada di lokasi tapi sudah seperti tahu semua tempat saja di pulau.

    “ Kami sudah beberapa kali ke sana

    kak. Teman kak Sagakan walikota kota XX”

    Aaaa, itukan kota yang bahkan tidak

    sempat kami kunjungi. Tuan Saga hanya pergi sendiri karena ada urusan waktu

    itu.

    Jen sekali lagi menjadi pemandu

    wisata melalui foto-foto yang di ambil dari hp Daniah.

    “ Haha, apa ini!” Jen dan Raksa

    sudah tertawa terbahak menunjuk foto yang ada di hp.

    “ Apa?” Kaget mendengar tawa kedua adik di depannya.

    “ Kakak ipar dan kak Saga ngapain

    aja. Haha.”

    Daniah langsung menyambar hp yang

    di pegang Jen. Wajahnya merah padam. Langsung refleks dia melemparkan hp.

    Foto-foto saat seharian mereka di dalam kamar.

    “ Waaahhh, kakak ipar dan kak Saga

    pasti bekerja keras selama bulan madu ya.” Jen seperti mendapat mainan baru.

    Girang sekali. Raksa juga tersenyum sambil menutup wajahnyanya, tapi dia

    melirik Daniah dan mengelengkan kepala.

    Aaaaaaa, aku mau masuk ke kerak

    bumi! Kenapa Raksa sampai melihat foto itu si.

    Kedatangan Raksalah yang membuat

    mobil Saga sudah memasuki halaman rumah utama di saat senja baru mulai temaran.

    Dia sudah mulai gelisah sepanjang rapat. Membuat Han harus membatalkan dua

    agenda mereka. Percuma saja, membuat tubuh tuan Saga ada di acara, tetapi

    pikirannya hanya tertuju rumah dan nona. Alih-alih semua akan berjalan lancar,

    nanti ada saja hal yang membuatnya kesal. Dan semua rencana yang sudah

    terorganisir dengan rapi bisa-bisa mundur dari jadwal.

    Aku akan membereskan beberapa hal

    lalu pulang, begitu akhirnya rencana Han.

    “ Dimana Niah?”  Baru turun dari mobil, Pak Mun  menyambut. Dia menunjuk lantai dua. “ Apa

    mereka hanya berdua?” Tanyanya lagi. Pak Mun dan Han mengikuti dari belakang.

    Han terlihat membawa tas kerjanya, lalu langsung menuju ruang kerja Saga.

    “ Tidak tuan muda, nona Jen sudah

    pulang juga.”

    Hah! Ternyata Jen berguna juga

    dalam situasi semacam ini. Tidak ada ruginya Han menyuruhnya cepat pulang tadi.

    “ Siapkan makan malam untuknya.

    Niah pasti senang kalau adiknya ikut makan malam nanti ”

    Eh, makan malam. Agak terkejut juga

    saat mendengar perintah. Tidak seperti biasanya tuan muda perduli dengan orang

    lain.

    Tentu saja, diakan adiknya nona.

    “ Apa tuan mau saya sampaikan pada

    nona, kalau tuan sudah kembali.” Pak Mun  mengikuti langkah kaki Saga menaiki tangga.

    “ Tidak perlu, aku yang akan datang

    nanti. Aku mau mandi sekarang. Siapkan saja semuanya. Pergilah, aku bisa sendiri.”

    “ Baik tuan Muda.”

    Saga hanya melewati ruangan dimana

    terdengar gelak tawa dari dalamnya. Dia berhenti sebentar. Pintu yang terbuka

    menyiarkan suara mereka dengan jelas. Mendengar apa yang membuat Daniah sampai

    tertawa senang seperti itu. Membuat hatinya ikut berdebar.

    Baiklah, bersenang-senanglah. Kau

    pantas untuk mendapatkannya.

    “ Sepertinya kalian

    bersenang-senang ya.” Saga muncul di depan pintu, sudah dengan pakaian

    santainya. Membuat semua orang terperanjak dan langsung bangun dari sofa.

    Dia pulang, aaa, kenapa pak Mun

    tidak memanggilku tadi.

    “ Sayang, sudah pulang ya.” Daniah

    beranjak mendekat.

    Hah! Kenapa langsung memelukku. Di

    depan mereka lagi.

    “ Aku mendengar tawamu sampai ke

    kamar tadi. “ Ciuman di rambut. Sekali, dua kali, tiga kali. Membuat Daniah

    frustasi sendiri. Satu kecupan dari Daniah di pipi Saga membuat laki-laki itu

    menghentikan apa yang dia lakukan.

    “ Raksa jangan hiraukan mereka.” Jen

    menarik lengan Raksa untuk duduk. “ Mereka itu pemilik dunia, kita cuma numpang

    sewa.”

    Raksa ikut terperanjak dan cepat

    menguasai diri. Dia memalingkan wajah dan ikut duduk di samping Jen. Tapi

    terlihat dia tersenyum senang melihat dan mendengar tawa Daniah dengan

    matanyanya sendiri.

    Terimakasih Tuhan, jagalah Kak

    Niah. Karena hanya itu yang bisa dia lakukan, berdoa. Tapi hatinya benar-benar lega.

    “ Sayang, hentikan, ayo duduk.” Tersadar sekarang dia ada dimana, dan ada siapa di dalam ruangan. Daniah menarik paksa Saga duduk di sebelahnya. Sepanjang menunggu waktu makan malam suasana yang tadinya riuh terlihat cukup canggung. Raksa mulai menjaga sikap, Jen mendesah melihat kakaknya yang tidak bisa melihat situasi betapa tidak nyamannya Raksa.

    Sementara yang lain mengobrol basa basi, Saga hanya mendengarkan sambil memeluk istri di sampingnya. Tidak perduli dengan yang lain.

    " Apa kau melihat hal seperti ini setiap hari Jen?"

    " Hahaha."

    Yang jomblo mengaruk tembok dengan kukunya berkali-kali.

    Setelah membereskan semua pekerjaannya Han keluar dari ruangan Saga. Pak Mun yang memintanya menunggu waktu makan malam di tolaknya.

    " Ada yang mau ku kerjakan setelah ini." Jawab Han sambil mengambil sebotol air dari dalam kulkas. " Terus awasi ibu dan Amera seperti yang kukatakan kemarin."

    " Baik."

    Han keluar rumah dengan membawa botol airnya. Melihat dari kejauhan seseorang sedang menempel di dekat pintu mobil.

    Mau apa lagi bocah itu?

    “ Kenapa?” Han masuk ke dalam mobil lalu minum. Amera mendekat dan membuka pintu mobil lagi meminta Han keluar. Wajah gadis itu mulai terlihat malu-malu.

    Sambil mencengkram tangannya sendiri ragu. “ Kalau nona tidak mau bicara saya

    pergi, saya masih punya bayak pekerjaan.” Belum keluar dari mobil.

    Merepotkan saja.

    “ Tunggu, ada yang mau aku

    bicarakan. Keluarlah dulu." Han mendesah kesal, tapi dia keluar dari mobil. membanting pintu. Amera mundur terperanjak. Tapi dia berhasil menguasai dirinya.

    Ya, ya dia Han. Kalau dia tersenyum ramah bukan Han namanya. Aku sudah kebal dengan sikapmu.

    “ Silahkan katakan nona.”

    Apalagi yang mau dibicarakan bocah

    satu ini, apa dia benar-benar mau menggangu hubungan tuan Saga dan nona hanya

    karena ibu mendukungnya.

    “ Aku berteman dengan kak Niah.”

    Lalu! Han diam menunggu kelanjutan

    tanpa memberi reaksi apa-apa.

    “ Hei, kenapa tidak memberikan

    reaksi apa-apa. Kau mengancamku kemarinkan kalau aku sampai melakukan apa-apa pada istri kak Saga.”

    “ Mengancam? Siapa? Saya mengancam

    nona.” Seperti binggung dengan perkataan Amera. Membuat gadis itu kesal.

    “ Terserahlah, yang penting aku dan

    kak Niah sudah berteman sekarang. Dan aku merestui hubungan Kak Saga dan Kak Niah.” Berharap dengan mengatakan begitu sikap Han akan menjadi ramah padanya. Mustahil! teriaknya sendiri kesal.

    Cih, memang pentingnya apa restu

    anda.

    Masih tidak memberi reaksi dengan

    kata-kata.

    “ Sekarang bisa kita bicara

    serius.” Han mulai jengah ketika ternyata Amera belum mengakhiri pembicaraannya.

    “ Apa ada lagi yang mau nona

    katakan?”

    Melihat sikap Han yang mulai kesal

    malah membuat antusias Amera semakin menjadi.

    “ Apa kau ingat aku pernah

    menyatakan perasaanku padamu.” Langsung to the poin.

    “ Tidak!” Acuh.

    Apa! kenapa aku harus suka pada

    orang seperti ini sih.

    Han benar-benar tidak terlihat tertarik, satu tangannya bahkan sudah meraih handle pintu mobil. walaupun kakinya belum masuk.

    " Aku sudah besar sekarang." Teriak Amera.

    " Lalu?"

    " Kau bilang setelah aku dewasa dan tidak tidur sambil berliur waktu belajar aku sudah boleh memikirkan cinta. aku sudah lulus kuliah sekarang." Han tergelak kecil, dia ingat kejadian ini. Saat bocah ingusan ini menyatakan perasaan padanya. Dan itulah jawabannya.

    " Berapa umur anda nona?"

    Amera diam, hanya mengigit bibirnya tidak mau menjawab. Kalau dia menjawab hanya menunjukan seberapa bocahnya dia.

    " Apa! memang apa hubungannya dengan umurku, kau juga masih jomblokan?"

    " Kak Mera!" terlihat Sofi berlari cepat setelah turun dari mobil dan mendengar Amera berteriak di depan Han. "Sudah gila ya dia sampai memprovokasi Han." Sofi mendekat, menarik tangan Amera menjauhi mobil Han. " Apa yang sedang kau lakukan." berbisik.

    " Menyatakan perasaanku pada Han."

    " Apa! sudah gila ya."

    Sofi langsung menciut saat pandangan matanya bertemu dengan Han.

    " Minggir."

    " Ia! kami minggir. Maaf!" Menarik tangan Amera yang belum mau menyerah pergi. " Sudah gila ya, dia sudah kesal." Sofi benar-benar mendorong tubuh Amera untuk berjalan menuju rumah utama. " Kau mau mati!" kesal karena Amera masih memandang mobil Han yang menjauh. Saat mobil itu lenyap Sofi melepaskan tangannya.

    " Kenapa mencegahku si, akukan sudah berhasil menekannya tadi. sedikit lagi dia menjawab perasaanku tadi."

    Aaaaa. Bisa gila aku.

    Sofi meninggalkan Amera dan masuk ke dalam rumah. Lagian apa si yang di sukai dari Han, Hiiii, menakutkan begitu. Tengkuk Sofi saja masih merinding.

Novel