Chapter 213 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 213

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-05-08

Aran masih berdiri di tempat Han

    menurunkannya, dia menunggu sampai mobil yang ditumpangi laki-laki itu

    menghilang dalam pendar cahaya lampu taman. Sampai matanya tidak bisa melihat

    dan menembus angin malam. Dia menarik jas yang tadi di pakaikan sekertaris Han

    sambil tersenyum malu.

    Haha, ayolah Aran berhenti

    menyimpulkan segala sesuatu sesukamu. Hardiknya pada dirinya sendiri. Jangan

    terlalu percaya diri, dia memaafkanmu saja itu sudah luar biasa. Aran merengut,

    karena kata maaf sampai akhirpun tidak terucap dari bibir laki-laki itu.

    Walaupun dia memberikan jasnya karena dinginnya cuaca malam, tapi itu tidak

    bisa diartikan apa-apa.

    Biarkan saja! Aku mau besar kepala

    sendiri!

    Masih terselip bunga-bunga di ujung

    bibir Aran saat ia melintasi rumah utama yang mulai senyap. Dia berjalan dengan

    cepat menuju rumah belakang. Di beberapa sudut, tempat para penjaga yang

    bersiaga terlihat tengah mengobrol sambil tertawa, menikmati kopi dan juga camilan.

    Mereka terlihat senang sekali gumam Aran. Tapi tidak terlalu memperhatikan

    karena dia ingin segera sampai di kamarnya. Ada banyak hal yang ingin dia

    lakukann malam ini sebelum tidur.

    Ada apa ini, kenapa sepertinyaa

    ruang tamu ramai sekali. Tanyanya heran pada dirinya sendiri.

    Pendar cahaya lampu masih terang

    benderang di rumah belakang, terdengan suara berisik. Ada yang tertawa, bahkan

    ada juga yang sedang menyanyi bersama.

    Apa yang mereka lakukan? Apa mereka

    sedang pesta akhir pekan?

    Di dorongnya pintu pelan, Aran

    mematung sebentar saat beberapa mata tertuju padanya. Membuat dia salah tingkah

    sendiri. Eh, apa salahku. Katanya dalam hati sambil menyentuh kerah bajunya

    kikuk.

    “ Aran! Dari mana saja, kami

    mencarimu!” seorang senior melambaikan tangan meminta Aran mendekat. Pesta

    kembali di lanjutkan setelah dia masuk dan menutup pintu. Mata Aran melihat

    banyak sekali makanan dan juga aneka minuman bersoda serta jus tergeletak

    begitu saja di atas karpet.

    “ Ada apa kak? Kalian sedang

    pesta?” Duduk lalu meraih pizza dengan toping daging dan keju yang berlimpah.

    Lapar! Aran yang hanya makan sok cantik di depan sekertaris Han seperti

    mendapat berkah Tuhan. Dia mengambil potongan pizzanya yang kedua dan sebotol

    jus buah rasa mangga. “ Kenapa banyak sekali makanan?” Bicara dengan mulut

    penuh.

    “ Ini hadiah dari tuan muda.”

    Menepuk-nepuk punggung Aran agar gadis itu makan pelan-pelan. Dia hampir

    tersendak karena makan dengan kecepatan penuh. “Pelan-pelan makannya!” Aran

    hanya menyeringai, tapi tidak memperlambat makannya.

    “ Kenapa?” Tidak seperti biasanya,

    walaupun kebutuhan makanan dan minuman di rumah belakang sudah masuk kategori

    mewah untuk ukuran para pelayan, tapi ini benar-benar di luar kebiasaan.

    “ Hadiah dari tuan muda karena

    sudah bekerja keras mensukseskan pesta ulang tahun nona Daniah.”

    Apa!

    Aran menjatuhkan botol jusnya,

    untung saja tutupnya sudah rapat melekat.

    Aku lupa membeli hadiah untuk nona!

    Nona, maafkan aku. Betapa hinanya aku, hiks. Senyum sekertaris Han sudah

    mengalihkan duniaku! Maafkan aku nona!

    “ Kenapa?” senior itu bertanya

    “ Tidak kak, aku hanya melupakan

    sesuatu.” Sambil ingin sekali menitikan airmata. Bagaimana dia bisa melupakan

    hal penting setelah semua yang nona Daniah lakukan untuknya. Dia benar-benar

    merasa seperti penghianat bangsa.

    Aku akan membelinya besok nona, aku

    bersumpah!

    “ Kamu dari mana? Setelah pesta

    nona selesai tadi kamu menghilang?” Senior tadi menyerahkan botol jus Aran yang

    tadi terguling.

    “ Maaf kak, aku sudah izin pada pak

    Mun tadi karena ada sesuatu yang harus di kerjakan.” Tidak berniat untuk

    menceritakan, suara tawa juga sepertinya lebih menarik perhatian senior. Ada

    seorang pelayan wanita dan laki-laki bersuara merdu yang sedang berduet

    menyayikan sebuah lagu. Semua mata fokus padanya.

    “ Ya sudahlah, kamu belum makan

    malam kan? Hari ini makanlah sepuasnya.” Berbisik sambil bertepuk tangan.

    “ Haha, ia kak. Aku akan makan

    sampai kekenyangan malam ini.”

    Balas dendam Aran untuk makan malam

    cantiknya. Dia kembali teringat hadiah ulang tahun untuk nona. Berteriak dalam

    hati, bagaimana dia bisa melupakan hal sepenting itu.

    “ Arandita.” Suara sekertaris Han

    terdengar lirih namun menyayat. Dia tidak senang. Sedang menahan rasa tidak

    sukanya ketika Aran mulai membicarakan privasinya. Apalagi menyangkut sesuatu

    yang bahkan tuan mudanya tidak pernah ketahui. Ya, dia memang selalu

    menghabiskan akhir pekannya terkadang dengan berolahraga. Setelahnya dia akan

    berkeliling sambil berjalan kaki dengan jaket hoodienya, menghabiskan uang cash

    yang ada di saku celananya kepada para pedagang kecil yang dia temui. Dia

    selalu menyenbunyikan wajahnya, bahkan terkadang dia memakai masker wajah demi

    menjaga diri dari bertemu orang yang mengenali. “ Ternyata kesalahan, aku

    melepaskanmu beberapa tahun yang lalu ya. Seharusnya aku menghabisimu sampai kau

    bahkan tidak bisa menegakan kepalamu.”

    Han menyembunyikan itu dari semua

    orang, bahkan dari tuan mudanya. Bagaimana bisa gadis di depannya ini. Cih, dia

    kecolongan untuk kedua kalinya. Sebelumnya Han hanya menduga Aran membuntutinya

    ketika dia muncul ke publik dengan menampakan identitas dirinya.

    “ Maaf tuan.”

    Aaaaaa. Aku membangunkan harimau

    yang tertidur.

    “ Apalagi yang kau tahu? Apa kau

    tahu kode rumahku juga?” Pertanyaan mengagetkan. “ kenapa kau tidak masuk dan

    menggodaku sekalian?” Cibiran halus yang terlihat jelas di bibir Han.

    “ Tidak tuan!” menjawab cepat,

    tidak mau ada kesalahpahaman yang bisa berbuntut panjang. “ Saya bahkan tidak

    bisa masuk ke loby apartemen tuan.” Benar, kalau sampai Aran bicara dia bisa

    masuk ke apartemen Han, para pekerja di apartemen malam ini pasti sudah

    kehilangan pekerjaan mereka. “ Maafkan kesalahan saya di masa lalu tuan.”

    Diam, baik Aran ataupun Han. Aran

    meraih gelasnya, dia bahkan sudah tidak punya keinginan untuk melanjutkan makan

    lagi. Walaupun jelas-jelas dia merasa lapar. Mendongak sekilas lalu kembali

    mengalihkan pandangan, setelah beberapa saat masih membisu laki-laki di depannya.

    “ Tuan Han.” Mau melanjutkan

    permohonannya, karena sepertinya dia sudah terlanjur menjatuhkan diri ke

    jurang. Kalaupun dia harus tamat di sini, paling tidak dia bisa meluapkan semua

    pikirannya. Kata-kata yang sudah dia susun di kepalanya.

    “ Han! Kamu di sini?” sebuah suara

    keras terdengar, Membuat Aran langsung berhenti menutup mulutnya. Han menoleh

    melihat siapa penggangu yang datang.

    Cih, kenapa aku bertemu dengannya

    di suasana seperti ini. Makinya melihat siapa yang baru saja memanggilnya.

    Dokter Harun dengan wajah full senyumam yang tersebar di penjuru ruangan. Dia

    menyuruh pelayan yang mengikutinya pergi.

    “ Pergilah, katakan pada Brian aku

    bicara dengan Han sebentar. Aku akan menemuinya nanti”

    “ Baik tuan.” Pelayan wanita itu

    menggangukan kepala. Lalu pergi, dia terlihat menuju tangga naik ke lantai

    atas. Khusus staff.

    “ Brian bilang kau reservasi makan

    malam di sini. Mana Saga dan kakak ipar?”

    Hah! Dasar pembuat masalah, sudah

    tahu tuan muda benci sekali kalau anda memanggil nona kakak ipar tapi masih

    saja ya.

    “ Apa yang dokter jomblo lakukan di

    akhir pekan begini? Percuma saja kalau tuan mendapat cap playboy tapi setiap

    malam selalu berkeliaran sendiri.” Jawaban jengah Han. Di ikuti dengan suapan

    ke mulut, tak acuh. Bahkan Han tak sudi melihat ke arah Harun.

    “ Kurang ajar! Di mana kakak

    iparku?” Sengaja memanaskan suasana, pikirnya kalau Saga mendengarnya begitu

    bisa saja botol minuman sudah melayang di kepalanya. Menjadi sinyal keberadaan

    kakak ipar pikirnya.

    “ Nona dan tuan muda pasti sedang

    bersama menghabiskan malam di tempat tidur mereka.” Masih jawaban acuh yang

    memanasi hati nurani.

    “ Cih, lantas apa yang kau lakukan

    di sini?” Kesal mendengar jawabab Han yang mengusik kejombloannya. Kenapa harus

    menjawab menghabiskan malam di tempat tidur, membuatnya mengigit bibir geram.

    Seharusnya jawab saja di rumah

    kenapa? Membuat orang kesal saja.

    “ Kencan!” Jawaban Han membuat

    kilatan di mata dokter Harun. Hp ditangannya bahkan sampai jatuh membentur

    lantai. Lalu matanya baru tertuju dengan seseorang yang duduk di hadapan Han.

    Eh kenapa ada perempuan? Dia

    benar-benar kencan? Si gila menakutkan ini!

    Seperti tidak terima, Harun bahkan

    tidak melihat ketika dia melangkahi hpnya yang ada di lantai. Dia mendekati

    gadis yang sedang duduk itu. Meraih tangannya. Aran yang kebinggungan karena

    sekali lagi melihat sisi Han yang banyak bicara, berusaha melepaskan tangan

    yang di gengam laki-laki yang tidak dikenalinya.

    “ Apa yang anda lakukan dokter?”

    Han terlihat geram sambil melihat tangan Aran yang ada di gengaman Harun.

    “ Diam! Aku sedang memeriksa denyut

    nadinya.” Harun meletakan jemarinya di nadi Aran sambil memejamkan mata. “ Dia

    hidup! Nona anda benar-benar makhluk hidup.” Menatap Han tidak terima. “ Apa

    yang kau lakukan padanya sampai dia duduk di depanmu begini? Kalian benar-benar

    berkencan?” Protes keras.

    “ Lepaskan tangan anda dokter!”

    Kata-kata Han bukan hanya membuat Harun merinding, Aran bahkan langsung menarik

    tangannya cepat. Mendorong kursinya sedikit menjauh.

    Siapa si dia?

    “ Baiklah, baiklah aku hanya

    memeriksa kondisinya saja. Ternyata dia benar-benar manusia hidup, denyut nadinya masih berdetak. " Aran mengeryit mendengar penjelasan Harun. " Jangan menatapku begitu, kau bisa mengiris nadiku

    dengan pandanganmu itu. Hahaha.” Han tidak bergeming. Membuat Harun mengalihkan

    fokus pada wanita di sebelahnya. Dia sudah menarik kursi duduk. Walaupun

    terlihat Han sama sekali tidak menyukainya.“ Nona, apa kamu tahu siapa dia?”

    menunjuk Han, benar-benar seperti tidak terima bagaimana mungkin Han bisa

    kencan dengan karakternya seperti itu.

    Aku yang baik hati, murah senyum

    dan kepala rumah sakit saja masih jomblo. Orangtua Harun saja yang mencintainya

    sampai lelah menjodohkannya dan  mulai

    angkat tangan. Pasrah.

    Aran melihat Han lalu menggangukan

    kepala.

    “ Kau tahu siapa dia?” berteriak,

    sambil menunjuk wajah Han dengan pisau yang tadi di pakai Aran.

    “ ia.” Aran menjawab sambil

    pelan-pelan meraih pisau.

    Dia ini kenapa si, pakai

    menunjuk-nunjuk dengan pisau segala?

    “ Siapa dia memang?” Harun

    melepaskan pisau ditangannya.

    “ Tuan Han.” Jawab Aran, yang

    melirik tangan Han.

    Kenapa sekarang dia yang menggengam

    pisau geram begitu. Mereka bukan musuh bebuyutankan?

    “ Cih, bukan itu. Bukan namanya?

    Tapi kau tahu siapa dia? Si gila menakutkan yang sedang duduk di depanmu itu.”

    Han tidak bereaksi mendengar kata-kata Harun. Dia hanya menatap Aran dengan

    tatapan tajam seperti biasa.

    “ Dia, sekertaris Han. Sekertaris

    tuan Saga, presdir Antarna Group.” Jawab Aran sambil tersenyum.

    Apa dia tahu? Siapa perempuan ini sebenarnya?

    Senyum tipis kemenangan di wajah Han semakin

    membuat Harun tidak terima.

    Bersambung

Novel