Chapter 224 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 224

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-05-01

Saga dan Daniah tidak kembali ke

    aula pesta. Mereka mengadakan pesta mereka sendiri  di ruang tunggu VVIP, setelah berakhirnya

    drama cemburu tuan muda tentunya. Daniah masih duduk di pangkuan Saga saat kedua

    mempelai yang sedang berbahagia masuk. Tamara yang terlihat terkejut mencegah

    Noah untuk melangkah lebih dekat.

    “ Bagaimana kalau kita menggangu

    mereka sayang?” Tamara adalah orang yang pandai melihat situasi, dia bahkan

    bisa melihat lirikan kesal Saga barusan. Karena kemunculan mereka yang tiba-tiba.

    “ Haha, memang itu tujuannya.” Noah

    tertawa sambil mengandeng tangan Tamara masuk. Diluar tadi saja dia sudah

    bersitegang dengan Han. Sia-sia usahanya kalau sampai harus keluar lagi. “ Bisa-bisanya

    mereka malah berduaan di tengah acara kita. Semua orang mencari Saga di luar

    tadi tapi dia malah bermesraan di ruang tunggu.” Menggeleng tidak percaya.

    Bukan hanya teman-temannya yang

    mencarinya. Kolega perusahaan ataupun para petinggi di pemerintahan juga

    terlihat sibuk menanyakan keberadaannya. Dan orangnya malah asik berduaan

    dengan istrinya di ruang tunggu.

    Akhirnya mereka dengan tidak tahu

    malunya masuk, walaupun sudah mendapat pandangan tidak  suka dari Saga sekalipun.

    “ Sayang, lepaskan aku!”  Daniah memaksa turun dari pangkuan Saga,

    walaupun laki-laki itu menahannya. Dicubitnya kaki Saga. Membuatnya mengaduh

    keras.  Akhirnya ia melepaskan tangan

    yang memeluk pinggang. Membiarkan Daniah mengeser tubuhnya, terduduk malu di sofa. Melihat

    Noah dan istrinya menahan senyum.

    Kenapa mereka melihat hal memalukan

    ini si.

    “ Wahhh, aku benar-benar iri

    melihat kalian berdua.” Noah menarik tangan Tamara untuk ikut duduk menempel

    padanya seperti yang dilakukan Daniah. “Kalian bahkan terlihat seperti

    pengantin baru.”

    Memang cuma kamu yang bisa pamer

    kemesraan, aku juga sudah menikah sekarang. Begitu arti tatapan penuh makna Noah,

    yang dibalas dengusan Saga.

    “ Tama sayang, apa kamu mau duduk

    di pangkuanku juga.” Noah menepuk kakinya.

    “ Haha, apa si.” Tamara memukul

    bahu Noah.

    “ Ayolah, buat laki-laki di depanku

    ini iri setengah mati.” Penuh harap sambil menepuk kakinya lagi, hanya di

    sambut tawa Tamara sambil mengusap pipinya. Tidak berhasil membujuk Tamara untuk duduk di pangkuannya. Sekarang Daniah juga ikut tertawa

    dan mengelengkan kepala geli. Melihat raut kecewa Noah.

    Ya, memang begitukan Noah. Daniah

    “ Kenapa kemari?”  Tidak berhasil membuat Saga iri. Menggangu

    saja, gumam-gumam kesal. Sambil menyandarkan kepala ke sofa.

    “ Para tamu sudah pada pulang,

    tinggal teman-teman di luar sana. Mereka membujuku untuk memohon padamu. Mereka

    ingin bertemu dengan Daniah.”

    Ayolah, kenapa kau masih

    menyembunyikan Daniah. Keanu sudah seperti bocah lima tahun ingin melihat

    istrimu dari dekat tadi.

    “ Jangan mimpi.”

    Cih, orang ini pelit sekali.

    “ Baiklah, baiklah. Aku tidak akan

    membujukmu lagi.” Mengalah akhirnya. “ Terimakasih ya untuk semuanya, untuk

    hadiahmu juga.” Noah meraih tangan Tamara. “ Tama sangat menyukai rumah yang

    kau siapkan untuk kami.”

    Tamara tersenyum dengan hangat. Dia

    menepuk punggung tangan Noah. “ Benar tuan Saga, terimakasih untuk semuanya.

    Pesta ini, hadiah pernikahan. Terimakasih sudah datang dan mengajak istri

    tuan.” Cara bicara Tamara benar-benar hangat. Walaupun baru pertama kali bertemu,

    Daniah tidak merasakan jarak diantara mereka. Sesaat Daniah menatap Tamara,

    gadis yang sama-sama cantik. Jika di sejajarkan dengan Helena. Tiba-tiba nama

    itu terbersit dipikirannya.

    Apa Tamara juga mengenal Helen ya?

    “ Daniah, panggil saja aku begitu.”

    Daniah bangun dan meraih tangan Tamara. “ Selamat ya atas pernikannya. Selamat

    karena sudah menikah dengan Noah. Semoga kalian selalu bahagia” Pembicaraan

    antara Daniah dan Tamara tercipta. Mereka bahkan bertukar nomor telfon.

    Sementara Saga dan Noah juga bicara urusan mereka sendiri.

    “ Maaf.”

    Daniah langsung menutup mulutnya

    saat bukan hanya Tamara yang terkejut, tapi Noah juga, lebih-lebih saat Sagapun

    mengalihkan pandangan padanya.

    Aaaaa, sial! Kenapa si. Apa nama

    Helen benar-benar tidak boleh di sebut di depan tuan Saga.

    Padahal tuan Saga tidak mau sampai

    kamu merasa tidak nyaman kalau sampai nama itu muncul. Pikiran Noah dan Tamara seperti saling bertelepati melalui tatapan mata.

    “ Haha, Tama tahu semuanya, dia

    tahu ceritaku dan Helen.” Daniah terlihat bernafas lega. Dia benar-benar

    keceplosan saat menanyakan kenapa tidak melihat Helen di pesta pernikahan. “

    Terimakasih ya Tama sayang untuk mengerti.”

    “ Apa kalian tidak mengundang

    Helen?” Akhirnya bertanya lagi.

    Noah menatap Saga. Tentu saja

    karena suamimu.

    “ Dia pergi keluar negri. Aku sudah

    bertemu dengannya sebelum hari pernikahan. Dia juga menitipkan salam padamu.”

    “ Hentikan! Jangan membahas namanya

    lagi.” Bahkan sebelum Daniah menjawab Saga sudah memotong. Membuat semua langsung terdiam.

    Dan canggungpun tercipta.

    Nama Helen masih seperti pusara yang berputar dalam kehidupan mereka. Saga tidak ingin nama itu di sebut semata hanya untuk menjaga hati Daniah. Sedangkan Daniah masih berfikir kalau tidak boleh di sebutkan nama Helen karena masih ada setitik kenangan masa lalu di hati tuan Saga untuk nama itu.

    Pesta pernikahan yang menjadi

    impian setiap pasangan telah berakhir. Daniah bisa bernafas dengan lega karena

    dia bisa meninggalkan pesta pernikahan dalam keadaan baik-baik saja. Aranpun

    bisa lepas dari hukuman.

    “ Sayang, kita mau kemana? Kita

    tidak pulang” Bukannya keluar dari hotel dan menuju area parkir. Mereka malah

    menaiki lift. Hanya ada sekertaris Han, Daniah tidak melihat Aran setelah

    keluar dari ruang tunggu tadi. Saga hanya diam dan mengandeng tangannya tanpa bicara. " Sekertaris Han, kita mau kemana?" Memilih bertanya pada Han.

    Han hanya menunjuk jarinya ke atas.

    Hei, aku juga tahu kalau lift ini naik ke atas!

    Lift berhenti di lantai tertinggi

    hotel. Tempat yang pernah didatangi Daniah sekali waktu itu. Saat dia

    menghilang di pesta ibu. Dia terbangun sudah ada di kamar hotel ini.

    “ Selamat istirahat tuan muda.

    Hubungi saya kalau ada yang tuan butuhkan.” Han menggangukan kepalanya.

    “ Hemm.”

    Pintu di tutup perlahan, menyisa

    Daniah yang menatap heran.

    Kenapa dia mau menghabiskan malam

    di hotel, bukannya pulang si. Bukankah amarahnya perihal Abas sudah mereda.

    Daniah duduk di sofa, sedang berusaha

    mencerna maunya suaminya.  Memperhatikan Saga

    melepaskan jas yang dia pakai. Meletakan sekenanya di sandaran kursi.

    “ Ayo mandi bersama." Satu persatu kancing kemejanya sudah terlepas. Menunjukan tubuhnya yang sempurna tanpa cela. Daniah sampai malu kalau sampai memelototinya.

    Apa! Dia ini kenapa si? Kenapa tiba-tiba mengajak mandi bersama segala.

    Belum menjawab apa-apa. Saga sudah meraih Daniah dalam dekapannnya. Membawanya ke kamar mandi. Melucuti pakaian satu persatu.

    " Hei sayang, kau kenapa si. aku bisa melepas bajuku sendiri."

    " Sudah diam!" Dan mereka menghabiskan waktu yang cukup lama di bak mandi. Saga menyusuri setiap inci tubuh istrinya. Baik dengan jemari atau bibirnya. Di sela-sela itu dia bicara tentang hari pernikahan mereka. Terucap sesal dan maaf dari bibirnya. Karena saat itu membiarkan Daniah sendiri di hari pernikahan mereka.

    “ Kau bisa menganggap kalau hari ini sebagai pengganti malam pengantin baru kita.” Mengeringkan sisa air di tubuh Daniah. Gadis itu menurut dan membiarkan  Saga melakukan apapun yang ia suka.

    Apa kamu sedang iri dengan noah

    ceritanya.

    Malam pernikahan mereka dulu memang

    tak seindah yang dimiliki Noah sekarang. Saat itu Daniah bahkan pulang diantar

    oleh sopir. Tidur di sofa kamar, dibangunkan tengah malam menyambut kepulangan

    Saga. Tidak ada yang indah sama sekali.

    “ Apa kamu sedang iri dengan Noah sayang?” Akhirnya selesai juga mandi dengan segala ritual pelengkapnya. Mereka sudah duduk di atas tempat tidur.

    Bagaimana baju tidurku juga sudah disiiapkan begini si!

    “ Cih, kenapa juga aku iri

    dengannya.”

    " Sayang." Daniah beringsut mendekat. Saga menarik tubuh Daniah agar duduk di pangkuannya. Pandangan mereka bertemu. Senyum terkembang dari bibir Daniah dan mencium kening suaminya lama. " Sayang, walaupun malam pertama pernikahan

    kita tidak seperti Noah, tapi yang pentingkan aku sekarang bahagia bersamamu.”

    Daniah yang duluan mencium bibir Saga. “ Itukan yang penting.” Mereka berciuman cukup lama.

    Sial! Dia tahu apa yang kupikirkan. Saga mendekap Daniah dalam pelukannya, erat.

    Saga tertunduk membenamkan wajahnya sambil memeluk Daniah di

    pangkuannya. “ Terimaksih karena bertahan tetap di sampingku.”

    Aku tidak bisa membayangkan kalau

    kau dulu punya keberanian lari dariku. Tidak tahu akan seperti apa hubungan

    kita sekarang.

    “ Terimakasih karena sudah

    mencintaiku sayang.” Daniah memberikan ciuman di kepala Saga. “Mencintai orang

    sepertiku.”

    “ Memang kau kenapa?”

    Aku kenapa ya? Ntahah! Karena kalau di banding dengan wanita

    yang pernah kau cintai dulu aku bukan apa-apa. tapi kau tetap memilihku. Jadi

    aku merasa harus berterimakasih.

    " Aku mencintaimu." Meletakan tubuh Daniah hati-hati di sampingnya. Melingkarkan bahu. Sudah menciumi semua bagian leher. "Berjanjilah."

    " Haha, apa sayang." mengeliat geli.

    " Jangan membuatku cemburu lagi."

    " Baiklah, baiklah. Hentikan!" Mengeliat karena tangan Saga sudah kemana-mana. " Tapi, bisakah kamu menurunkan standar cemburumu sayang."

    " Apa!"

    " Misalnya jangan marah kalau aku hanya bicara dengan laki-laki lain." Itukan berlebihan kalau kau cemburu hanya karena itu.

    " Besok-besok kalau aku melihatmu berbagi udara untuk bernafas dengan laki-laki lain aku akan cemburu."

    Aaaaaa, sudah gila ya. Tidak akan berhasil bicara denganmu memang.

    " Aaaa, sakit!"

    " Apa! itu stempel kepemilikan. Biar semua orang tahu kau milik siapa!" Malam larut berselimut sepi. Dua lantai di hotel itu sedang menjalani malam pengantin  dengan cara mereka masing-masing. Yang pengantin baru sungguhan malah sudah terkapar jatuh dalam mimpi mereka masing-masing. Bahkan tanpa sempat melepaskan pakaian pesta atau membersihkan wajah dengan sempurna. Sementara yang sedang main drama pengantin baru, mungkin baru akan selesai beberapa jam lagi.

    Bersambung

Novel