Chapter 66 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 66

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-05-01

Ada dua wajah kehidupan yang bisa

    dilihat di kamar ini. Wajah bahagia, milik laki-laki yang sudah memperdayai wanita

    yang dicintainya untuk memohon tidur dengannya. Senyum cerah dan kemenangan,

    mengalahkan semua isi bumi. Dan satu wajah penuh rona malu dari wanita yang

    bagaimana bisa tidak tahu malunya menyerahkan diri pada laki-laki yang

    dibencinya. Laki-laki yang sudah memperlakukannya seperti pembantu. Yang jelas-jelas tidak mencintainya.

    Saga benar-benar seperti pengantin

    baru yang habis melakukan malam pertama dengan penuh cinta. Ya, mungkin dia

    merasakan gairah penuh cinta itu. Tapi  tentu saja tidak dengan Daniah. Dilihat dari

    sudut manapun wajahnya terlihat sangat letih bercampur malu.

    “ Apa ini?” Saga menarik syal bunga

    yang melingkar di leher Daniah. Dia terlihat sangat tampan dengan setelan jas

    dan dasi warna navy. “ Memang negara ini punya musim dingin?” katanya sambil

    mengeryit melihat benda di tangannya.

    “ Tidak suamiku.” Menutup wajahnya

    dengan tangan. Malu, isi kepalanya tentang pristiwa semalam masih sangat lekat

    diingatan.“ Saya hanya ingin memakainya.” Sambil menutupi lehernya. Aib yang

    ingin dia sembunyikan dari semua mata orang di rumah ini.

    “ Apa ini benar-benar ada di

    lemarimu?” Mengangkat syal tinggi di tangannya, melihat dari berbagai arah.

    Seperti berkata, bagaimana benda aneh ini bisa ada di lemarimu.

    “ Ia, saya menemukannya di dalam

    laci.” Bersungguh-sungguh. Tidak mungkin dia memakai pakaiannya sendiri di

    hadapan Saga.

    “ Cih, selera Han kampungan sekali.

    Buang itu!” katanya tegas. “ Mataku sakit melihatnya.”

    Siapa juga yang mau memakai benda

    aneh itu di musim seperti sekarang. Hiks, kalau bukan karena tanda merah

    di leherku ini. Kalau matamu sering sakit, pergi ke dokter sana!

    “ Saya mohon suamiku biarkan saya

    memakainya hari ini saja.” Sudah mau merebut dari tangan Saga, tapi tentu dia

    kalah cepat. Saga mengibaskan tangannya lalu menyimpannya di balik punggungnya.

    “ Kenapa? Apa yang mau kamu

    sembunyikan.” Saga sudah menempelkan bibirnya di telinga Daniah. Gadis itu

    menjerit, tiba-tiba Saga mengigitnya. “ Ini stempel kepemilikan.” Jemari Saga

    menyentuh leher Daniah. “ Kenapa wajahmu merah? Sesenang itu ya.”

    “ Ti, tidak!” spontan menjawab keras.

    Siapa yang senang, toh kamu melakukannya juga

    bukan karena menyukaiku, tapi hanya karena menghukumku yang sudah lancang

    menyusun rencana untuk mempertemukanmu dengan Helena.

    “ Tidak!” Saga melotot. Tidak suka

    mendengar jawaban Daniah.

    “ Tidak begitu, maksudnya ia saya

    senang. Saya senang sekali bisa tidur dengan anda semalam.”

    Puas! Puas! Kalau aku bicara

    begitu, lihat kamu tersenyum sesenang itu membuatku menderitakan. Puaskan kamu

    sekarang.

    Saga melemparkan syal yang dia

    pegang, lalu menarik tangan Daniah keluar dari kamar. Berjalan beriringan. Pak

    Mun sudah berdiri di bawah tangga, menyambut mereka. Dia tersenyum saat melihat

    Saga turun dengan mengandeng tangan Daniah.

    “ Selamat pagi tuan muda dan nona

    muda.” Angukan kepalanya saat kedua orang sudah ada di hadapannya.

    “ Pagi pak Mun.” Hanya Daniah yang

    menjawab ramah, Saga hanya sedikit mengangukan kepalanya.

    Ibu mertua dan dua adik ipar yang

    sudah duduk di meja makan ikut berdiri. Wajah mereka penuh tanda tanya, apalagi

    kalau bukan melihat tangan Saga yang mengengam tangan Daniah. Bahkan sampai

    mereka berada di dekat meja makan.

    Apa yang terjadi hari ini, apa akan

    turun hujan es. Kenapa kak Saga mengandeng tangan kakak ipar, dan lihat

    wajahnya. Kenapa dia terlihat senang sekali. Wajah kakak ipar juga, malu-malu

    dan canggung begitu. Ada apa ini? Sofia

    Apa itu, kenapa mereka seperti

    pengantin baru. Jenika

    Tidak bisa berfikir apa-apa saking

    terkejutnya. Ibu

    “ Selamat pagi bu!” Saga menyapa

    duluan, Daniah sampai mengeryit, selama mereka menikah sepertinya belum pernah

    dia melihat Saga menyapa orang duluan, walaupun pada ibunya.

    Ibu tersadar  lalu mengisyaratkan kedua putrinya untuk

    duduk.

    “ Selamat pagi juga Saga, apa

    semalam tidurmu nyenyak?” Ibu tersenyum, menatap Daniah, seperti berusaha

    mencari tahu sesuatu.

    “ Ya begitulah.” Saga melepaskan

    tangannya. Lalu duduk di kursi yang sudah ditarik pak Mun.  “ Daniah membuatku tidur dengan nyenyak

    semalam.”

    Daniah hanya bisa tersenyum

    di samping Saga. Sambil terkekeh dalam hati, karena suaminya seperti makhluk

    lain yang ntah datang darimana.

    Ada apa dengannya, apa dia selalu

    segila ini kalau habis tidur dengan wanita. Ya, aku pasti bukan yang pertama

    atau satu-satunyakan. Walaupun jelas sekali dia memperlakukanku dengan sangat

    lembut, tapi aku harus tetap menutup hatiku. Laki-laki ini milik Helena, cinta

    sejati akan kembali pada pemiliknya. Daniah

    Apa itu bekas kecupan di leher kakak

    ipar. Aaaaaa, aku ingin menjerit sekarang. Apa kak Saga benar-benar tidur

    dengan kakak ipar. Dan barusan kak saga benar-benar menyebutkan namanyakan.

    Daniah, jadi itu nama kakak ipar. Sofia

    Saking tidak pernah berinteraksi dan

    merasa kalau kakak iparnya  tidak akan

    bertahan lama di rumah ini jadi dia merasa tidak penting untuk menggingat

    namanya.

    Apa itu bekas kecupan. Gila! Banyak

    sekali. Leher kakak ipar seprti habis dipukuli. Hei, tidak mungkinkan mereka

    bercinta semalaman. Jelas-jelas kemarin malam sepertinya kakak ipar sangat

    canggung, dan kak Saga terlihat menakutkan. Apa dia memang habis dipukuli. Tapi

    kalau habis dipukuli kenapa kak Saga sesenang itu, dan wajah kakak ipar sangat

    malu sepertinya. Jenika

    Lagi-lagi ibu kehilangan kata-kata

    walaupun hanya sebatas dalam pikirannya.

    Mereka sarapan dengan membawa

    pikiran sampai pada titik terdalam. Penasaran, namun tidak ada yang berani sekedar

    bertanya, atau sedikit membahasnya. Baiklah, nanti mereka akan menghujani

    Daniah dengan ribuan pertanyaan saat Saga sudah berangkat bekerja. Begitu

    akhirnya keputusan final mereka bertiga. Sama, walaupun tanpa kerja sama.

    Saga tersenyum sambil menyentuh

    bibir Daniah, mengusap pelan sisa saus yang menempel di sana. Lalu dia menjilat

    jari yang tertempel saos dari bibir Daniah.

    “ Makanlah.”

    “ Ba. Baik.” Daniah binggung sendiri.

    Semua orang merinding melihatnya. Tengkuk

    ibu berdenyut dengan kejutan pagi ini. Pak Mun yang biasanya diam tanpa

    ekspresi terlihat tersenyum tipis. Sementara kedua adik ipar saling

    tangan mereka berdua di bawah meja.

    Membuat daftar dosa yang sudah

    mereka lakukan pada Daniah. Dan menyesalinya.

    BERSAMBUNG

Novel