Chapter 76 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 76

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-05-01

Malam semakin berputar, gelap

    semakin larut dan menengelamkan penduduk bumi untuk masuk ke dalam mimpi-mimpi

    panjang. Mengistirahatkan sejenak tubuh untuk mengumpulkan kembali tenaga demi

    esok hari yang lebih baik.

    Di rumah ini pun, pesta telah

    berakhir, satu persatu keluarga pamit pulang. Mereka tampak sangat senang

    karena mendapat kesempatan untuk menyapa  presdir Antarna Group. Melihat dari dekat,

    bernafas dengan udara yang sama, sudah menjadi kebanggaan yang bisa mereka

    ceritakan pada teman sejawatnya. Pesta ulang tahu Gunawan kali ini, adalah

    pesta paling spesial sepanjang hidupnya. Statusnya di hadapan keluarga besar

    naik drastis. Daniah yang tadi dipandang sebelah mata pun tidak luput dari

    jilatan sikap mereka. Seperti menjilat ludah sendiri, mereka tidak tahu malu, berpamitan

    dengan hangat dan bahkan ada yang memeluknya. Mengajaknya bermain dan berjanji

    akan mengirimkan hadiah pernikahan.

    Daniah tersenyum, jujur, saat ini

    dia dalam kondisi hati yang sangat buruk. Perubahan drastis orang-orang ini

    setelah kedatangan tuan Saga, hanya menunjukan bahwa dia sama sekali tidak

    berharga tanpa laki-laki yang sedang melingkarkan tangan di pinggangnya ini.

    “ Terimakasih tuan Saga, anda sudah

    menyempatkan waktu datang ke pesta sederhana kami.” Saga hanya duduk

    mendengarkan dan tidak bicara apapun. Tapi dia membiarkan Ayah Daniah terus

    saja bicara. Dia sendiri lebih tertarik dengan wanita yang ada di sampingnya,

    Saga memainkan rambut Daniah. Menariknya, memaksa gadis itu menoleh dan

    memperhatikannya. Hanya fokus padanya.

    Aku ingin menciumnya. Mata

    Saga  fokus menelusuri lekukan leher

    Daniah. Aku ingin menciuminya. Sialan! Apa yang aku pikirkan sekarang.

    Lihat aku, hanya lihat aku sekarang!

    “ Apa kau mau menginap di sini?”

    tanyanya sambil membelai lembut rambut Daniah. Ternyata dia bisa bertahan.

    Karena tidak mungkin dia melakukannya di depan orang tua Daniahkan. Pertanyaannya berhasil membuat Daniah fokus padanya.

    “ Tidak!” spontan berteriak. Karena

    reaksi spontannya yang menolak Saga malah semakin menjadi. Diakan selalu senang

    kalau Daniah tidak suka. Intinya dia akan melakukan apapun yang tidak

    diinginkan Daniah. Dan Daniah menyesali jawaban reaktifnya barusan, karena dia

    melihat bibir Saga tersenyum mencurigakan.

    “ Kenapa? Aku ingin tidur di kamarmu,

    tempat di mana dulu kamu tidur sebelum menikah denganku.” Tersenyum. Tidak

    perduli semua orang di ruangan ini kecuali manusia setengah batu sekertaris Han

    sudah terkejut dan panik. Apalagi ibu, dia yang sudah terlihat takut semakin

    tampak pias.

    Benarkan, dia punya rencana

    terselubung. Senyumnya sudah seperti itu. Dan kamarku, tidak, dia tidak boleh

    melihat kamarku.

    “ Sa, saya akan menyiapkan kamar

    tamu untuk anda tuan.” Ibu yang dari tadi hanya menunduk diam membuka suara.

    Dia kembali tangannya kuatir ketika lagi-lagi sorot mata Saga tertuju

    padanya.

    “ kenapa? Aku ingin tidur di kamar

    istriku yang dulu.” Masih tetap dengan pilihan pertamanya. Karena melihat

    gelagat wanita itu mencurigakan Saga malah semakin tertarik saja.

    “ Kamar Daniah sudah lama tidak

    dipakai jadi berantakan, saya akan minta pelayan menyiapkan kamar tamu. Niah,

    gak papakan kalau tidur di kamar tamu. Kamu bisa membantu ibu menganti sprei

    tempat tidur, biar ayah dan tuan Saga bisa berbincang.” Ibu bicara sudah dengan

    kalimat memohon, seharusnya Daniah menyeringai sekarang, tapi dia sungguh anak

    yang baik ya. Ia merasa iba melihat ibu tirinya.

    “ Apa! Kau suruh istriku apa?

    Menganti sprei. Haha, sepertinya kalian benar-benar tidak tahu posisi kalian

    ya.” Amarahnya memuncak mendengar kalimat ibu.

    “ Sa, sayang, bukan begitu.” Daniah

    memeluk Saga yang sudah bicara sambil berteriak. “ Ibu hanya ingin aku membantu

    memilihkan sprei yang cocok. Iakan bu?” Daniah menoleh pada ibunya. Berusaha

    menyelamatkan wanita itu. Kurang baik apa dia, seharusnya dia menimati ini

    sebagai ajang balas dendamkan. Tapi ternyata tidak, sebencinya dia pada ibu

    tirinya, dia masih menggangap bahwa keluarga adalah hal paling penting di atas

    semuanya.

    “ Ia, ia tuan.” Ibu menjawab

    terbata. Saga hanya memandang sebentar, lalu beralih pada han. Sekertarisnya duduk

    di sofa tidak jauh dari mereka duduk.

    “ Han!” saat namanya dipanggil

    sekertaris cekatan itu sigap dan langsung mendekat.

    “ Ia tuan muda.” Siap menunggu

    perintah.

    “ Bereskan kamar, aku dan Daniah

    akan menghabiskan malam disini.” Memutuskan semuanya secara sepihak, sekaligus

    memberi tahu keluarga Daniah untuk jangan melakukan apapun. Han yang akan

    menyiapkan semuanya.

    “ Baik tuan muda.”

    Han menganguk, lalu pergi keluar,

    terdengar dia menelfon dan bicara panjang. Daniah hanya menduga-duga apa yang

    dilakukan sekertaris Han, setelah mendengar perintah sependek itu.

    Apa dia benar-benar tahu apa yang

    harus dia lakukan?

    Memang dia sehebat itukah? Aku saja tidak paham yang dimau tuan Saga apa.  “ Bereskan kamar, aku dan Daniah akan menghabiskan malam disini.”

    Membereskan kamar

    menghabiskan malam

    apa lagi-lagi aku yang jadi korbannya!

    Apa-apaan dia ini. Dia memanggil

    pak Mun dan para pelayan datang ke rumah ini. Lihat apa yang dia bawa. Kenapa

    sekalian tidak membawa tempat tidur. Kenapa tidak sekalian kalian pindahkan

    kamar tuan Saga kemari. Memang kalian pikir kami mau menginap berapa lama.

    “ Apa anda mau saya membawa tempat

    tidur juga?” Bertanya pada Daniah yang menatapnya kesal. Han tahu nona mudanya

    pasti ingin menendang atau menginjak kakinya sekarang.

    “ Tidak!” Mengeram kesal. “ Tolong,

    kalau gila jugakan harus ada batasannya dong.” Medekat dan berkata lirih,

    supaya hanya Han yang mendengar. “ tempat tidur di kamar tamu juga sangat

    nyaman, sayang aku antar Pak mun kekamar tamu dulu ya.” sudah berkata dengan suara normal.

    Saga malah melirik ibu.

    “ Tidak Niah, kamu temani tuan Saga

    saja. Biar ibu yang mengantar mereka ke kamar tamu. Ayo silahkan pak lewat

    sini." ibu pergi, Daniah kembali duduk di samping Saga.

    Raksa  yang duduk jauh, hanya mengamati. Risya

    mengigit jarinya kuatir, melihat semua pemandangan sepanjang acara setelah

    kedatangan Tuan Saga dan saat ini. Dia sungguh-sungguh merasa sebentar lagi

    duri tajam akan melilitnya kuat. Membalasnya dengan lebih tidak manusiawi, daripada

    yang sudah dia lakukan pada Daniah. Ibupun berjalan gemetar, mengingat semua

    hal yang dia lakukan kepada daniah. Dia tidak pernah berfikir kalau anak

    tirinya itu benar-benar mendapatkan kasih sayang Tuan Saga. Sesal tiada tara

    menghujani dirinya.

    Sambil menunggu Pak Mun menyiapkan

    kamar, pembicaraan ayah kembali berlanjut, yang isinya berterima kasih, tentang

    perusahaan dan juga anaknya. Dia melirik Daniah memberikan sorot mata hangat

    yang masih dirasa janggal oleh Daniah. Tapi gadis itu tersenyum tulus dengan

    ucapan ayahnya. Ya, mungkin ini kerinduan yang sudah teramat lama. Saat ayahnya

    mencoba menyentuh hatinya. Jiwanya yang selama ini kering akan kasih sayangpun

    berterimakasih. Lupa, semua hal buruk yang sudah dilakukan ayahnya.

    Saga hanya membalas sekenanya,

    tidak jauh berbeda ketika dia bicara dengan orang lain selama ini. “ Aku mau

    mandi.” Saga bangun sambil menoleh pada Daniah. Kata-katanya  menghentikan bicara ayah Daniah secara paksa.

    Padahal Gunawan belum menyelesaikan pujian-pujiannya.

    “ Baik, saya  akan siapkan.” Daniah bangun menyusul Saga

    yang sudah berjalan ke arah pak Mun tadi pergi. “ Ayah kami permisi.”

    “ Baiklah, pergilah, tuan Saga

    pasti lelah. Pergi dan layani dia.” Ayah Daniah tersenyum sangat senang, hanya

    Tuhan yang tahu arti dibalik senyuman itu. Daniah menoleh sekali lagi pada

    ayahnya, berharap senyum hangat itu selamanya tertuju untuknya, terlepas apapun

    hubungannya dengan tuan Saga nanti.

    Daniah mengandeng lengan Saga agar

    mengikutinya.

    Setelah kedua orang itu menghilang

    Gunawan memberi perintah kepada bibi pelayan untuk mengantar sekertaris Han

    menuju kamarnya. Laki-laki yang sedari tadi hanya diam dan ntah makan atau

    tidak dia tadi. Tidak ada yang tahu. Benar, rasanya sekertaris Han memang belum

    pernah ketahuan makan atau minum sekalipun ya. Wkwkw.

    “ Silahkan beristirahat sekertaris

    Han, bibi akan mengantar ke kamar anda.” Gunawan bicara dengan sopan, sama

    sopannya ketika bicara dengan tuan Saga. Karena dia tahu, laki-laki

    dihadapannya ini sama berkuasanya di Antarna Group.

    Han menggangukan kepala,

    mengucapkan terimakasih lalu berjalan mengiku bibi pelayan. Rasanya juga sudah

    lelah dan ingin tidur gumamnya.

    Baiklah untuk hari ini sepertinya

    cukup, tuan muda tidak mungkin keluar dari kamarnya lagi. Aaaa, hari yang

    benar-benar merepotkan. Sepertinya ini pertama kalinya tuan muda perduli pada

    orang lain. Bahkan pada keluarga Helenapun tidak begini.

    Nona Daniah anda benar-benar berhasil membuat tuan Saga mati gaya. aku ingin mandi air hangat lalu tidur.

    Sekertaris Han masuk ke dalam kamar.

    Hari untuk sebagian orang sudah berakhir, tapi untuk yang lain, malam panjang mungkin baru saja dimulai.

    Bersambung.............

Novel