Chapter 99 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 99

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-05-01

Sinar matahari masuk melalui

    jendela kamar yang sudah terbuka, bias cahayanya jatuh ke atas tempat tidur.

    Menghangatkan ruangan. Seseorang di bawah selimut mengeliat pelan. Terdengar

    gumaman pelan dari sana. Dia mengeliat lagi, menarik selimut dan mengulungnya

    dengan badan. Berguling ke kanan dan kekiri. Percayalah, ini kebiasaanya dulu

    ketika tidur sendirian di ruko. Dia mengumpulkan separuh nyawanya dengan cara

    ini.

    “ Huammm.” Dia menguap, dan menarik

    selimut.

    “ Kau sudah bangun?” Suara Saga di

    pagi hari yang selalu terdengar lebih kencang dari biasanya.

    Daniah menjatuhkan selimutnya ke lantai

    karena terlonjak kaget, dia mengambil bantal menutupi dirinya lalu mengintip.

    “ Sayang.” Memanggil dengan suara

    pelan, memastikan kalau itu benar suaminya.

    Aku di mana? Di mana aku sekarang?  Hei, bukankah aku seharusnya di ruko. Di ruko

    milikku, dan seharusnya aku sendiriankan!

    Sudah panik, berusaha mengingat

    kejadian semalam.

    “ Bangun dan bersihkan dirimu sana!”

    “ Ba, baik.”

    Daniah masih mengintip di balik

    bantalnya, menyapu ruangan dengan seksama. Jendela kaca, tempat tidur yang

    besar. Suaminya sedang duduk di sofa memakai jubah handuk. Daniah mengoyangkan

    kepalanya pelan. Menggingat-ingat kenapa dia bisa ada di tempat ini dan bersama

    Saga. Ada kejadian apa semalam sampai dia bisa bersama Saga tidur di tempat

    asing ini. Tidak menemukan jawaban sekeras apapun dia berfikir.

    Daniah turun dari tempat tidur.

    Kamar mandi, kamar mandi, dimana

    pintunya. Ah, itu dia.

    Tanpa menoleh atau melirik Saga dia

    berjalan cepat menuju kamar mandi. Mengunci pintu. Sekarang dia berdiri di

    depan cermin, melihat penampilannya. Pakaian yang dia pakai sama persis dengan

    yang dia pakai saat menghadiri pesta ulang tahun ibu. Pesta ulang tahun yang

    menyedihkan yang membuatnya kabur tidak pulang, dan memilih pulang ke ruko.

    Benar, semalam aku tidur di roko

    karena tidak mau melihat tuan Saga yang menyebalkan itu. Tapi kenapa sekarang

    aku bahkan bersamanya.

    Daniah berusaha membongkar memori

    di kepalanya, sambil menatap bayangannya di dalam cermin. Kira-kira apa yang

    terjadi semalam. Wajahnya berangsur terlihat pucat di dalam cermin. Ketika

    otaknya telah berhasil merangkai simpul kejadian semalam. Sedikit demi sedikit

    semua terputar kembali di kepalanya. Kejadian semalam.

    “ Tidak!”

    Teriakan keras, sambil ia terkulai

    terduduk di lantai.

    Jadi yang semalam itu bukan mimpi!

    Meraih dinding sebagai pijakan

    untuk bangun, lalu bersandar di dinding. Ia membenturkan kepalanya sendiri

    pelan.

    “ Bodoh! Bodoh! Bagaimana ini. Apa

    ini akhir hidupku.”

    Jekrek, jekrek. Suara pintu di buka

    secara paksa. Namun karena Daniah mengunci pintu, jadi tidak terbuka. Sekarang

    sudah berganti gedoran keras di pintu.

    “ Keluar dalam sepuluh menit, kalau

    tidak habis kau!”

    Setelah mengucapkan itu terdengar

    langkah kaki Saga menjauh.

    Bagaimana ini!

    Bahkan tidak punya waktu untuk

    berfikir. Bergegas melepaskan baju dan juga mandi, karena tidak ada baju ganti

    diapun memakai jubah handuk yang tergantung di dinding. Keluar dari kamar mandi

    sambil mengeringkan rambutnya. Dia mengintip di balik pintu, mencari di manakah

    Saga berada. Laki-laki itu sedang duduk di sofa. Di depannya sudah ada makanan

    terhidang.

    Aku lapar. Aku lapar.

    Daniah memandang makanan di meja.

    “ Kemarilah, habiskan sarapaanmu,

    kita perlu bicara setelahnya.” Menepuk kursi di sebelahnya.

    Aaaaa, dia mau bicara apa? setelah

    kau mengatakan begitu apa di pikir aku masih bisa makan.

    Tapi dalam sekejap jus buah dan sandwich

    di piring sudah tandas. Lagi-lagi ikutan, bicaramu tidak sesuai perbuatanmu.

    “ Kau pasti kelapaaran ya?”

    mengusap saus yang menempel di bibir Daniah. “ Mau makan punyaku?” Saga

    menyodorkan miliknya, yang sudah bekas dia gigit. Daniah mau menolak, tapi dia

    urungkan. Dia mengangukan kepalanya.

    Aku sudah melakukan kesalaahan

    fatal padanya, jadi aku harus menjilatnya supaya tidak marahkan.

    “ Terimakasih sayang.”

    Karena gelisah dan merasakan cemas

    semalam  di pesta aku tidak makan dengan

    baik.

    “ Sudah selesai? Sudah kenyang?”

    “ Ia sayang terimakasih.” Daniah

    sudah mau beringsut dari duduk. “ sayang kita dimana sekarang.” Tapi Saga

    menarik tangan Daiah yang mau beranjak dari duduk. Senyum tipis lagi-lagi

    mengisyaratkan hal buruk akan terjadi.

    “ Dimana kita? Apa kau tidak ingat

    kejadian semalam?” menarik handuk pelan dengan telunjuknya, bahu putih Daniah

    tersibak. Gadis itu merona lalu menariknya lagi, mengembalikan ke posisinya

    semula.

    “ Haha, semalam, tidak terjadi

    apa-apakan semalam?” Tapi wajahnya sudah pucat pasi. Karena menyadari apa yang

    telah terjadi semalam. “ Sayang, apa tidak ada baju yang bisa kupakai.”

    “ Baju? Untuk apa, kau tidak

    membutuhkannya sekarang.” Lagi-lagi menarik handuk dengan telunjuknya sampai

    bahu daniah terbuka. “ kau benar-benar tidak ingat kejadian semalam.” Daniah

    ingin mengembalikan posisi handuk ketempatnya, tapi tangannya di gengam saga. “

    Tidak ingat?” Saga mengulangi pertanyaannya.

    “ Ti, tidak sayang, aku tidak ingat

    apa-apa.” mengelengkan kepala berulang dengan wajah sepolos mungkin.

    “ Ternyata ada untungnya Han

    merekam kejadian semalam ya. Bisa jadi bukti sikap kurang ajarmu.” Tertawa

    senang melihat wajah panik Daniah mendengar kata merekam.

    “ Merekam!”

    Bedebah sialan itu bagaimana bisa

    kepikiran merekamku si.

    “ Sayang maafkan aku kalau aku

    melakukan hal kurang ajar padamu semalam.” Memeluk Saga kuat. Seperti berkata,

    aku tidak akan melepaskanmu walaupun kau mendorongku.

    “ Lepaskan aku! Kau benar-benar

    kurang ajar ya.”

    “ Tidak mau! Maafkan aku. Maafkan

    aku. Maaafkan aku dulu.” Memeluk sambil memohon. Membenamkan wajah ke dada Saga

    dengan tidak tahu malu.

    “ Memang apa salahmu? Kau bilang

    tidak ingat kejadian apa-apa semalam.” Menyeringai, sambil meraih dagu Daniah.

    Bagaimana ini? Kenapa dia pandai

    sekali memutar balikan keadaan begini. Kalau aku mengaku ingat, aaaaa, aku

    pasti sudah gila. Habislah aku.

    “ Apa aku memukulmu dengan keras?”

    akhirnya mengaku. Siap menerima apapun yang akan terjadi dalam kepasrahan

    tingkat tinggi.

    “ Ternyata kau ingat ya sayang.”

    Intonasi kata sayang dibuat sedramatis mungkin, untuk menginggatkan Daniah

    kejadian semalam. Saat gadis itu berteriak menyuruh Saga memanggil sayang

    padanya.

    Aku merinding, pangilan sayangnya

    sangat menakutkan.

    “ Mau lihat hasil kekurang ajaranmu

    semalam.” Saga melepaskan lilitan handuk di pinggangnya. Daniah ingin

    memalingkan wajahnya tapi tangannya sudah menempel di dada Saga yang terbuka.

    “Kau lihat?” warna putih dan bidang dada Saga yang biasanya mulus tanpa cela,

    menyisa beberapa warna merah. Terlihat sekali itu bekal pukulan benda keras.

    Tanganku yang hina, sekeras apa kau

    memukulnya si.

    “ Maaf.” Daniah meraba perlahan,

    menyusuri tubuh Saga. “ Maafkan aku sayang.”

    Tubuh tuan Saga yang berharga.

    “ Maaf. Apa itu cukup untuk

    mengampuni kekurang ajaranmu.”

    Hiks, hiks, jadi kau mau apa?

    kumohon jangan pukul aku balik.

    Daniah pasrah saat Saga menarik

    tubuhnya, mendorongnya ke atas tempat tidur hingga dia terjerembah.

    “ Bagaimana kalau aku membalasmu

    dengan sesuatu yang sepadan. Membuat sekujur tubuhmu memerah juga.” Menarik handuk

    melemparkannya begitu saja ke sudut tempat tidur. “ Lihat semerah apa ini.”

    Tunjuknya pada dadanya. “ bagaimana kalau kita mulai dari sini, sini dan sini.”

    menunjuk bagian tubuh Daniah dengan jarinya.

    Habislah aku!

    Sementara di bagian ruangan yang lain, Han keluar lagi dari kamar Saga,

    menutup pintu tanpa bersuara. “ Kembalilah dua jam lagi kemari.”

    Pak Mun dan staff sekertaris

    mengangukan kepala. Ntah kenapa mereka paham sekali maksudnya.

    Cih

    Han mendengus kembali ke kamarnya.

    Daniah kembali terlelap di bawah

    selimut, tirai jendela di tarik Saga menghindarkan istrinya terkena sinar

    matahari. Lalu dia beranjak keluar kamar. Di ruangan terpisah masih dalam satu

    kamar, Han sedang duduk sambil menyelesaikan pekerjaannya. Dia bangun dari

    duduk saat Saga muncul, masih mengenakan jubah handuk.

    “ Selamat pagi tuan muda.”

    Sebenarnya ini sudah siangkan. Kalian bahkan belum makan dengan benar, apa tidak lapar? apa sudah kenyang makan cinta.

    “ hemm.”

    “ Ini pakaian anda dan nona

    Daniah.” Han meletakan tas di atas meja.

    “ Taruh saja, dia masih tidur.”

    Menunjuk kamar dengan ekor matanya. “ Suruh mereka masuk!” Saga duduk di sofa.

    “ Baik.”

    Selang tidak lama Han masuk lagi,

    diikuti oleh pak Mun dan seorang staff sekertaris. Wanita itu bergumam,

    pekerjaan melelahkannya kemarin bahkan belum berakhir sampai pagi ini.

    “ Han pasti sudah mengatakan kenapa

    aku memanggil kaliankan.”

    “ Ia tuan.” Mereka menjawab

    bersamaan.

    “ Han, bawakan aku kopi.” Saga

    sepertinya butuh mengembalikan tenaga dan energinya.

    “ Baik tuan muda.”

    Setelah Han keluar dari kamar.

    “ Sekarang mulailah, kau duluan.”

    Saga menunjuk staff sekertaris yang berdiri di samping pak Mun. Belum dimulai

    pun, ntah kenapa suasana sudah mencekam.

    “ Nona datang tanpa membawa

    undangan, jadi ketika masuk sepertinya nona kebingungan, sampai saya bertemu

    dengannya. Lalu saya membawanya keruang tunggu bersama nona Helena dan Nyonya.”

    Aku hanya menjelaskan semuanya kan.

    Kumohon tuan jangan menghukumku. Aku tidak tau apa-apa mengenai kehidupan rumit

    anda.

    “ saya mendengar mereka berbincang

    dengan akrab pada awalnya tapi saat nyonya mengatakaan kalau nona Helen akan

    mengantikan nona Daniah sepertinya susana menjadi semakin tegang.”

    Cih

    Mati aku, dia baru saja mengatakan

    cihkan. Tuhan tolong aku.

    “ Tapi nona Daniah menjawab yang

    membuat nyonya dan Helena langsung terdiam, dan mereka tidak bicara apa-apa

    lagi setelahnya sampai keluar ruangaan.”

    “ Apa yang di katakan Daniah?”

    “ Nona Daniah mengatakan, kalau

    hubungannya dengan anda sedang sangaat baik. Dan mungkin saja dalam waktu

    dekat kalian akan memiliki anak.”

    Saga tergelak, membayangkan

    bagaimana wajah ibunya saat mendengar Daniah mengatakan itu.

    Staff sekertaris melanjutkan

    penjelasannya tentang kejadian saat pesta berlangsung

    “ Nyonya mengandeng tangan nona

    Helena sementara nona daniah berjalan di belakangnya saat keluar ruang tunggu.

    Sesampainya di aula nyonya memperkenalkan nona Helena sebagai calon menaantu

    sempurna yang dia dambakan untuk mendampingi anda.”

    Han muncul membawa kopi yang

    diinginkan Saga “ Silahkan tuan.” Dia melirik sekertaris yang sedang memberi

    penjelasan. Lalu berdiri di belakang Saga. Posisinya jauh lebih mengintimidasi

    sebenarnya.

    “ Karena beberapa tamu ada yang

    tahu bahwa nona Daniah adalah istri anda maka mulailah mereka bergosip dengan

    suara keras. Bahkan saya rasa nona Daniah juga mendengarnya.”

    Saga minum beberapa teguk kopinya.

    Mengisyaratkan agar staff sekertaris itu berhenti bicara.

    “ Pak mun apa ibu masih di rumah?”

    Berani sekali dia kalau sampai dia

    tidak pergi.

    “ Pagi ini nyonya membawa tas

    pakaiannya, dia bilaang akan pergi menginap di hotel.”

    Sejauh ini hubungannya dengan

    ibunya cukuplah baik. Saga menuruti semua keinginan ibunya jika hanya terkait

    masalah uang. Tapi dia memang tidak mau ikut campur masalah pribadi ibunya,

    sama halnya dia tidak mau dicampuri urusan pribadinya. Tapi sepertinya kali ini

    sikap ibu sudah sangat kelewatan.

    Saga mengisyaratkan agar staff

    sekertaris pergi. Wanita itu mengangukan kepala dan terdengar dia bernafas lega

    sekali.

    “ kembalilah kekantor.” Han bicara.

    “ Baik tuan.”

    Wanita itu sudah menutup pintu

    tanpa bersuara.

    “ Han, katakan padanya untuk

    menghilang dari hadapanku untuk waktu yang lama.” Saga yakin, kalau sampai ia

    bertemu dengan ibunya dia tidak akan bisa menahan diri.

    “ Baik tuan muda.”

    “ Kalian semua keluarlah, hari ini

    aku akan di sini sampai sore. Selesaikan saja urusanmu Han, jemput aku nanti

    sore.”

    Apa kalian mau menghabiskan hari

    hanya di kamar?

    Han tidak mau bertanya dan tidak

    mau memikirkan jawabannya juga.

    Dia keluar ruangan bersama pak Mun.

    Banyak sekali pekerjaan yang harus dia bereskan hari ini. Peresmian danau hijau sudah di depan mata. saatnya mengakhiri perjuangan Helena.

    aaa, aku bahkan sudah kesal hanya menyebut namanya.

    BERSAMBUNG

Novel